RIAU ONLINE, PEKANBARU - Terlantar, merupakan keadaan yang tidak hanya terasa pahit bagi manusia, namun juga bagi hewan-hewan yang terbuang.
Bingung akan apa yang dialami dengan kemampuan berpikir yang tak selihai manusia. Ditakdirkan sang pencipta untuk melengkapi alam semesta, namun tertindas di tengah-tengah keberadaan manusia karena dianggap tidak berguna, mengganggu, jorok, sumber penyakit, najis dan lain sebagainya.
Hewan-hewan terlantar sering terlihat di tengah perkotaan. Mengais sampah untuk mencari makanan sisa demi mengganjal perut, berjalan tanpa arah dan tujuan di pinggir jalan, hingga tergeletak dengan tubuh hancur akibat terlindas di jalan raya.
Hewan-hewan terlantar yang sering terlihat seperti itu, di antaranya kucing dan anjing. Kedua jenis hewan ini memang sudah tak asing dipelihara manusia dan sudah resmi menjadi hewan domestik atau hewan jinak yang sudah berdampingan hidup dengan masyarakat.
Bentuknya yang lucu dan sifatnya yang menyenangkan, membuat banyak manusia yang suka membeli atau menampung hewan seperti kucing dan anjing, memeliharanya sejak kecil. Diberi kasih sayang, makanan, dibiarkan tidur di rumah yang nyaman bahkan didandani layaknya peri.
Namun, kasih sayang itu akhirnya hilang seiring waktu berganti. Entah karena kucing atau anjing itu sakit sehingga tubuhnya tidak cantik lagi, atau faktor lainnya, sang manusia yang menjadi satu-satunya andalan bertahan hidup bagi hewan tersebut, justru membuangnya.
Dibuang begitu saja tanpa tahu apa yang terjadi, hewan-hewan terlantar ini harus bertahan dengan insting yang sudah ditumpulkan. Ia tak pandai berburu mangsa. Hanya terus berusaha dengan tubuh yang sakit, mencari-cari hati manusia lain yang ditemui, mengharapkan kasih sayang kembali.
Suargaloka Camari yang merupakan shelter bagi mayoritas anjing terbuang dan terlantar ini, menjadi tempat bagi hewan-hewan tersebut untuk kembali mengecap tindakan kasih sayang dari manusia.
Mulai dari sebuah tempat tinggal yang beratap dan meneduhkan dari hujan dan panas, makanan, hingga pemulihan kesehatan dan trauma. Sesekali, hewan-hewan ini juga dapat kembali merasakan kesenangan yang paling disukainya, yakni belaian tangan dan pelukan manusia.
Shelter ini dibangun oleh sepasang suami istri yang memiliki rasa kasih sayang dan percaya bahwa hewan seperti anjing dan hewan terlantar lainnya berhak mendapatkan pertolongan.
Ratusan anjing sakit, cacat fisik dan trauma psikis mendapatkan perawatan di Suargaloka Camari Pekanbaru. (Foto: Winda Mayma Turnip/RIAU ONLINE)
"Kita sudah mulai memelihara anjing yang terlantar sejak tahun 2010 lalu. Awalnya tidak ada kepikiran untuk buat shelter, paling kita berkumpul membentuk komunitas, kalau ada laporan anjing terlantar, kita dan kawan-kawan turun, saat itu masih menggunakan dana pribadi, tidak ada bantuan dana dan sebagainya," ujar Yamin yang merupakan pemilik Suargaloka Camari Pekanbaru.
Salah seorang anggota penggagas Yayasan Cinta Satwa Riau ini, bersama sang istri yang merupakan anggota komunitas Dog Lovers Pekanbaru, akhirnya mendirikan shelter yang dibangun dengan nama Suargaloka Camari, di Jalan Patria Sari, Umban Sari, Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru. Suargaloka Camari diambil dari bahasa sansekerta yang berarti surga anjing.
"Karena di sini, anjing-anjing itu tidak hanya kita tampung. Tetapi juga kita rawat, kita bersihkan, kita obati dan kita bantu agar sembuh dari traumanya jika mengalami trauma," ujarnya.
Sempat Mendapatkan Penolakan Warga
Suargaloka Camari Pekanbaru sempat mendapatkan penolakan dari warga sekitar, pasca diresmikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Pekanbaru, Indra Pomi Nasution, Sabtu 27 Mei 2023 lalu.
Penolakan dilakukan oleh warga karena pendirian shelter ini dinilai tanpa melakukan komunikasi kepada mayoritas masyarakatnya. Apalagi, di lokasi itu, mayoritas masyarakatnya beragama muslim, sehingga warga khawatir akan terdampak limbah dari anjing-anjing yang dipelihara.
"Kalau ada pro dan kontra terhadap anjing, saya kira itu memang hal yang biasa dan wajar. Sebagai pengurus, tentunya kita berusaha lagi melakukan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat," jelasnya.
Menurutnya, pihaknya juga sudah mencoba melakukan komunikasi dan sosialisasi kepada masyarakat. Mulai dari pengelolaan limbah kotoran hewan yang menggunakan mesin serta mesin pembakaran untuk membakar hewan yang mati.
"Kita juga menyampaikan, kalau shelter ini ditutup, maka otomatis anjing-anjing yang jumlahnya ratusan ekor ini akan lepas lagi. Kalau semua anjing lepas, justru menjadi masalah bagi masyarakat sendiri," ungkapnya.
Ia menyebut, warga sudah mulai menerima keberadaan shelter setelah mendengarkan penjelasan tersebut.
Selain Anjing, Shelter Sediakan Penampungan Monyet dan Kucing
Selain menampung ratusan anjing, Suargaloka Camari juga sudah menampung puluhan ekor monyet. Monyet-monyet tersebut merupakan pemberian warga yang sadar bahwa hewan tersebut dilarang untuk dipelihara.
"Mereka mungkin waktu memelihara tidak tahu bahwa hewan itu adalah hewan liar yang tidak boleh dipelihara. Setelah paham, mereka serahkan ke kita dan kita terima untuk di konservasi dan setelan waktunya tepat, kita lepaskan kembali ke habitatnya," jelasnya.
Sebelumnya, shelter ini juga membuatkan bagian untuk penampungan kucing terlantar. Namun, menimbang beberapa hal, bagian tersebut masih dikosongkan. Jika ada kucing-kucing liar di shelter tersebut, kucing-kucing itu berjalan bebas di sekitar shelter dan tampak lebih gemuk daripada kucing liar di jalanan.
Warga Boleh Ajukan Adopsi Gratis Bagi Hewan di Shelter
Yamin mengatakan, tujuan utama Suargaloka Camari Pekanbaru adalah menjadi surga bagi anjing dan hewan-hewan yang ditampung di shelternya. Karena, melalui shelternya, anjing-anjing ini mendapatkan kesempatan untuk bertemu pemilik baru yang akan merawatnya dengan penuh kasih sayang.
Namun, jika ingin mengadopsi hewan yang ada di shelter, ada sejumlah persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan itu diantaranya sebagai berikut:
1. Sudah menikah
Persyaratan ini dikarenakan, sejumlah alasan seseorang membuang hewan peliharaannya adalah karena akan menikah.
"Pertama harus sudah berkeluarga. Karena sering orang yang mengadopsi saat masih single, akhirnya harus membuang hewannya saat akan berkeluarga, misalnya karena pasangannya tidak suka anjing, atau saat melahirkan anaknya ada alergi dan sebagainya," ungkapnya.
2. Mandiri keuangan
Telah bekerja dan menghasilkan uang sendiri merupakan syarat dalam kategori mandiri dan bertanggung jawab sebelum mengadopsi hewan.
"Karena biaya pengobatan anjing ini sangat mahal. Apalagi kalau anjingnya sakit parah. Saya mengeluarkan biaya pengobatan paling murah untuk satu ekor anjing itu sekitar Rp3 juta, bisa mencapai puluhan juta per satu ekor anjing. Makanya, harus sudah mampu secara ekonomi, jangan nanti ketika hewan sakit, tidak mampu merawat, hewannya malah ditelantarkan lagi," lanjutnya.
3. Mempunyai Rumah Sendiri
Mempunyai rumah sendiri juga menjadi syarat wajib bagi seseorang yang hendak mengadopsi anjing. Rumah juga dalam kondisi berpagar, sehingga anjing tidak dilepas liarkan.
"Kalau rumah masih ngontrak, saya tidak kasih. Karena bisa saja dikontrakan ini diperbolehkan, tetapi suatu saat dia harus pindah, dan dikontrakan lain tidak diperbolehkan," terangnya.
Yamin memaparkan, syarat-syarat itu diwajibkan demi melindungi anjing yang akan diadopsi agar tidak kembali dibuang. Karena kebanyakan hewan peliharaan yang dibuang, berkaitan dengan ketiga alasan tersebut.
Shelter Menerima Donasi Sukarelawan
Banyak penyayang hewan yang sebenarnya sangat peduli dan sering merasakan iba pada kemalangan hewan-hewan terlantar. Namun, keterbatasan waktu dan ekonomi menghalangi untuk dapat membantu memelihara hewan-hewan tersebut.
Akan tetapi, kamu para penyayang hewan masih bisa membantu dengan memberikan donasi untuk konsumsi dan perawatan hewan-hewan di shelter.
Bantuan dapat dikirimkan melalui Pekanbarudoglovers di nomor rekening BCA 0343150129 atas nama Mewati Nusa.
Suargaloka Camari juga menerima laporan hewan terlantar dan akan mengambil tindakan setelah memenuhi sejumlah prosedur.
"Kalau ada laporan kita verifikasi dulu. Kalau memang sudah sakit, mengganggu, menggigit baru kita evakuasi. Ada juga yang melaporkan untuk menyerahkan peliharaannya karena penyakit dan lainnya, kalau masih ada keinginan pemilik mempertahankan anjingnya, kita akan coba bantu dulu. Kalau misalnya karena tidak tahu cara merawat dan lain-lain kita berikan sosialisasi dulu. Kalau ternyata memang dia sudah tidak mau memperhatikan hewannya, maka kita lakukan evakuasi," pungkasnya.