RIAU ONLINE, PEKANBARU-Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Kota Pekanbaru memprediksi fenomena El Nino masih akan berlangsung hingga Desember 2023 mendatang.
Dampak dari fenomena cuaca ini menyebabkan kekeringan ekstrem hingga kebakaran hutan dan lahan di wilayah Provinsi Riau.
Kepala BMKG Kota Pekanbaru, Ramlan mengatakan, El Nino berpotensi meningkatkan suhu bumi naik sekitar satu atau dua derajat celsius.
Meskipun kenaikan tidak signifikan, namun pada puncak musim kemarau diantara jam 1 atau dua siang, kenaikan suhu bisa mencapai 37° C.
"Akan tetapi, peningkatan suhu rata-rata mungkin masih berkisar 34° C sampai 35° C," ujarnya.
Selama periode El Nino, Provinsi Riau memang akan mendapatkan dampak kekeringan. Namun, bagi wilayah yang memiliki lahan gambut dan wilayah pertanian akan mengalami dampak paling ekstrem.
"Dampak kekeringan El Nino di tengah musim kemarau ini biasanya, terutama di wilayah yang didominasi lahan gambut dan pertanian. Seperti Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Bengkalis, Indragiri Hilir (Inhil), sebagian wilayah Dumai, Meranti, Rokan Hilir (Rohil) dan Rokan Hulu (Rohul)," paparnya.
Meskipun dampak El Nino menyebabkan kekeringan, namun memasuki musim penghujan, sebagian wilayah Riau juga harus waspada banjir.
Meskipun kondisi banjir, seperti di Kota Pekanbaru, lebih disebabkan karena faktor kurang berfungsinya ruang resapan dan saluran drainase.
"Berdasarkan pantauan BMKG, seharusnya menjelang Oktober dan November nanti, wilayah Riau akan memasuki musim penghujan kedua. Maka tetap akan terjadi hujan dan ini perlu diwaspadai bagi daerah rawan banjir," ungkapnya.
Ramlan memaparkan, wilayah Provinsi Riau memiliki dua periode musim hujan dan dua periode musim kemarau.
"Provinsi Riau ini memiliki dua musim hujan dan dua musim kemarau. Musim hujan berlangsung pada bulan Februari -Maret, lalu Juni-September. Sedangkan musim hujan berlangsung mulai dari April-Mei dan Oktober-September. Sehingga di tengah siaga Karhutla, masih ada hujan nya juga," pungkasnya.