Masa Depan Sungai Besar di Riau di Tengah Ancaman Pencemaran

Sungai-Siak.jpg
(Fahrezi Alwi/Shutterstock via Kumparan.com)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sebagai provinsi yang dijuluki Bumi Lancang Kuning, Provinsi Riau memiliki sungai besar yang mengairi dan melintasi berbagai kabupaten. Sungai besar di antaranya Sungai Indragiri, Sungai Rokan, Sungai Siak, dan Sungai Kampar.

Kilas balik ke belakang, sungai tersebut dulunya menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat lokal baik mandi, cuci piring dan pakaian, serta lainnya. Selain itu, tradisi masyarakat di daerah yang memandikan anak pasca melahirkan.

Berangkat dari hal tersebut, dapat dijumpai perubahan besar pada air sungai di Riau. Tidak hanya keruh, namun juga tercemar. Sehingga, PH air pun sangat asam seperti yang terjadi pada Sungai Siak yang mengairi Pekanbaru. Airnya kuning kecoklatan bahkan berbau.

Lanjut, ke daerah Indragiri Hulu yakni di Peranap, air sungainya pun sudah berubah. Belum lagi adanya aktivitas tambang batu bara.

"Sungai besar yang ada di Riau tidak dipikirkan masa depannya. Adanya tradisi anak yang lahir harus dimandikan di sungai tapi karena limbahnya berat ngapain dimandikan di sungai? Itu salah satu budaya yang mulai hilang dan tidak ada yang memikirkan," jelas Koordinator Kampanye Media dan Penegakan Hukum (Gakkum) Walhi Riau, Ahlul Fadly.



Jika masyarakat berharap kepada pegiat lingkungan, kemampuannya tidak sebanding dengan pemerintah. Sebab, pemerintah memiliki politik. 

“Ini menjadi masalah. Usia produktif yang semakin bertambah harus memiliki perubahan terhadap budaya, agar tidak rusak. Di sini muncul peran media untuk mengedukasi mencerdaskan masyarakat terkait wisata," terangnya.

Di tahun politik ini diharapkan agar melek bersama. Di pinggir Dasar Aliran Sungai (DAS) pasti ada hal baru dan bisa menjadi ancaman. 

"Konteks yang terpenting bagaimana penegakan hukum untuk masyarakat itu sendiri. Hak yang diperjuangkan masyarakat untuk keberlangsungan semua orang agar dilindungi dan menurunkan gesekan hukum kepada masyarakat," pintanya.

Mengenai tambang batu bara di Inhu, Ahlul menimpali bahwa dampaknya mulai dirasakan oleh masyarakat. Pertanyaannya mengapa masyarakat bisa menerima hadirnya tambang tersebut? Bisa jadi, hal tersebut karena adanya lobi-lobi dan transaksi jabatan serta menggunakan penegak hukum.

Sementara, di daerah Cerenti, Kuansing, yang sedang ditangani Walhi Riau juga akan segera masuk perusahaan. Tak dapat dipungkiri perusahaan itu dekat dengan masyarakat dan mudah melobi. Sementara, pihaknya yang berada di Pekanbaru baru bisa memberi pemahaman sehingga inilah tantangan yang dirasakan.

"Itu kembali ke masyarakat yang memutuskan. Kami sudah memberitahu bahaya dan ancamannya, serta dampak dan resiko. Jika ingin bersama-sama maju, ayo!" katanya.