RIAU ONLINE, PEKANBARU-Siapapun orangnya dan apapun jenis pekerjaannya pasti memiliki konsekuensi yang harus dijalani. Termasuk sebagai abdi negara memiliki konsekuensi dalam bertugas. Itu pula yang dirasakan Kasatlnatas Polresta Pekanbaru Kompol Birgitta.
Segudang pekerjaan pun harus dilalui sebagai seorang kasat baik indoor maupun outdoor. Mengetahui titik rawan macet dan solusi menguraikannya, mengatur lalu lintas dan pentingnya tertib berlalu lintas, SIM, laka lantas, dan sebaigainya.
Lalu bagaimana cara ia mengatur waktu sebagai seorang istri, ibu, dan juga kepala polisi? Pertanyaan itu kemudian dijawab Gitta dengan gamblang. Banyaknya quotes dan membaca buku yang menjadi pedoman serta membaca buku rohani.
"Memang betul hidup manusia itu harus berguna. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berguna masyarakat. Sehingga, dalam membagi waktu yang paling prioritas tugas di rumah telah terselesaikan. Misalnya, jika kerja pukul 05.30 WIB sampai 17.30 WIB sekiranya tugas sebagai istri dan ibu sudah diselesaikan sebelum itu," urainya.
Mengenai prestasi, ternyata Kompol Birgitta pernah menjadi salah satu utusan Polda Riau sebagai atlet olahraga khususnya peselam di luar kedinasan. Itu dalam rangka Hari Kemerdekaan di Madano pada 2019 selama dua kali. Lanjut, atlet pesepeda di Bangka Belitung bersama Ibu Bhanyangkari pada 2021.
"Kedua hal tersebut menjadi bagian dari hobi sekaligus menjalankan tugas. Karena di sini kesulitan untuk berlatih, maka saat itu latihan di Akuatik Center Rumbai selama sebulan. Setelah terampil menggunakan alat barulah berlatih di Pulau Pagang, Sumatera Barat," jelas mantan Kasi SIM Ditlantas Polda Riau.
HUT ke-77 Bhayangkara Ucapkan Terima Kasih dan Perlunya Restu Orangtua
Di Hari Bhayangkara ke-77, Birgitta berpesan kepada teman-teman yang juga bagian dari Polresta Pekanbaru, masyarakat, dan stake holder karena telah bersama-sama dalam menjalankan tugas. Itu diakuinya, beran besar polantas telah bersama-sama menjaga keamanan dan lingkungan di Kota Pekanbaru.
"Terima kasih telah bersama kami sehingga bisa melewati Hari Bhayangkara ke-77 tetap dicintai masyarakat," tuturnya.
Belajar dari pengalamannya juga, Kasatlantas Polresta Pekanbaru itu mengatakan sebagai calon polwan di masa yang akan datang, restu orangtua sangat penting.
"Restu orangtua penting. Maka saat masih kecil mendengar kata raihlah cita-cita setinggi langit, maka itu benar adanya. Yang penting gantungkan cita-cita terlebih dahulu kemudian meminta restu orangtua dan rajin belajar serta berlatih," terangnya.
Ia pun mengucapkan terima kasih kepada suami dan kedua anaknya. Hal yang paling diingat saat berbincang dengan salah seorang anggota DPR perempuan.
"Penggalan kalimat masih saya ingat sampai sekarang yaitu seorang wanita yang bergasil adalah mereka yang sudah menyelesaikan masalah domestiknya dengan baik yang kemudian didukung oleh keluarga ataupun anggota domestik itu sendiri. Jadi aku mengucapkan terima kasih buat keluarga besar, anak dan suami yang telah mendukung dan memberi izin sehingga kami ada di sini juga untuk masyarakat," sebutnya.
Stigma Polisi di Masa Kanak-kanak
Rangkaian persoalan mengenai abdi negara berseragam cokelat sempat menurun. Masalah tak kunjung reda dan memuncak ketika Kasus Sambo, Teddy Minahasa, Kanjuruhan, dan masih banyak lagi.
Hal tersebut tak terlepas menyoal image atau stigma polisi yang menakutkan dan kerap dijadikan bahan perbincangan antara orangtua dan anak saat masih kanak-kanak, Gitta sebut perlu diingat bahwa polisi adalah teman masyarakat.
"Jangan takut berteman dan bermitra dengan polisi supaya nanti bisa menjadi partner kerja kami untuk menciptakan kondisi kamtibmas di lingkungan kita," harapnya.