Kelmi Amri dan Geliat Bangun Negeri Seribu Suluk

Kelmi-Amri-Anggota-Komisi-I-DPRD-Riau.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID)

RIAU ONLINE, PEKANBARU – Keadaan tertinggal di sektor pembangunan di desa-desa terpencil kerap kali jadi permasalahan yang tak ada habisnya. Tiap tahun, masyarakat dan pemerintah menyuarakan pembangunan di daerah pedalaman dengan porsinya masing-masing, termasuk di daerah-daerah di Riau.

Kadang kala, keadaan minimnya pembangunan itu perlu dibenahi lewat jalur politik pemerintahan. Berbagai politisi di Riau berangkat dari kampung-kampung terpencil dan perbatasan, semata-mata ingin memperbaiki kampung halamannya.

Kelmi Amri, Anggota Komisi I DPRD Riau, selama ini fokus menyuarakan pembangunan mewakili Daerah Pemilihan (Dapil) Rokan Hulu (Rohul). Perjalanan karir politiknya dimulai dengan swadaya, asam garam pun dirasakan.

Medio 2007, dirinya mahasiswa di Fakultas Hukum, Universitas Islam Riau (UIR). Kondisi kampungnya di Desa Mahato, Kecamatan Tambusai Utara, Rohul, membuatnya bertekad menjadi anggota DPRD Rohul. Hal itu dilakukan karena pada saat itu, tak satu pun anggota DPRD Rohul mewakili Dapil daerahnya.

“2007 itu Rohul baru berusia sembilan tahun. Pembangunan sangat terbatas, konsentrasi Pemda ke pembangunan ibu kota. Sehingga daerah perbatasan seperti di Desa Mahato, sulit sekali,” katanya kepada RIAUONLINE.CO.ID, Kamis, 16 Februari 2023.

Karir politiknya dimulai pada Pemilu 2009 saat dirinya bergabung di Partai Golkar, serta mencalonkan diri sebagai legislator Rohul dengan bermodalkan tekad dan pikiran. Sayangnya, dirinya tak terpilih menjadi legislator.

“Pada 2010, saya terpilih menjadi ketua KNPI Rohul dan aktif berkegiatan kepemudaan. Singkat cerita, 2012 saya mundur dari Golkar dan pindah ke Partai Demokrat. Karena basis pemilih saya beragam, maka saya pilih partai yang nasionalis dan saya pilih Demokrat,” terang Kelmi.

Kelmi menjelaskan, pada saat Pemilu 2014, dirinya terpilih menjadi anggota DPRD Rohul. Selang setahun, Ketua DPRD Rohul mengundurkan diri, sehingga Kelmi menggantikan posisinya dan menjadi ketua hingga 2019.

“Jadi berkah juga itu, tak pernah terpikir, malah saya memegang palu sehingga menjadi paham pemerintahan. Selama mengabdi empat tahun di Rohul, banyak perubahan yang dilakukan yang sebelumnya tak terkabulkan saya realisasikan. Khususnya terkait infrastruktur jembatan dan jalan, yang semula tak diperhatikan, bahkan tak tahu di situ ada kebutuhan masyarakat. Tahun-tahun itu pun berbuah manis,” katanya.



Ketua DPC Demokrat Rohul itu pun berpikir, berlama-lama di DPRD kabupaten bukan hal yang baik. Memang, tak ada batasan periode menjadi legislator di kabupaten dan dirinya baru satu periode, namun Kelmi menekankan harus melakukan kaderisasi.

“Makanya saya yakin maju ke DPRD Riau, berlandaskan pemikiran saya karena yakin pemikiran bisa mengalahkan uang. Gagasan dan pemikiran itu punya nilai lebih, sehingga masyarakat akan masuk ke alur kita. Tujuannya ya membantu masyarakat secara luas di Riau, memang secara khusus mewakili Dapil saya dulu menyampaikan aspirasi masyarakat di Dapil saya,” ujar Kelmi.

Pria yang mengenakan kemeja putih itu menuturkan, dirinya terpilih menjadi Anggota DPRD Riau dalam Pemilu 2019. Dilanjutkannya, saat dirinya menjadi legislator provinsi, ia ingin ruas jalan provinsi yang menghubungkan Daludalu hingga Simpang Manggala sepanjang 120 km.

“Itu sudah diselesaikan 80 km, sisa 40 km lagi. Makanya saya minta dan 2023 ini akan diselesaikan oleh Gubri Syamsuar. Itu suara saya didengarkan Pemprov Riau. Karena misi saya di Komisi IV sudah selesai, makanya saya pindah ke Komisi I. Tanggung jawab utama saya pada Dapil saya, dan teman-teman anggota DPRD Riau lainnya ingin membagi waktu terhadap Dapilnya masing-masing,” jelas Kelmi.

Kelmi lantas menjelaskan, perihal infrastruktur di Rohul itu cakupannya luas. Ketika dibangun urat nadi dari Daludalu ke Simpang Manggala, manfaatnya sampai Dumai. 

“Karena Dumai hilir CPO dan hulu produksinya di Rohul kalau untuk wilayah utaranya Riau,” ucapnya.

“Lalu jalan lintas Simpang Kumu Sontang dan Duri, 2020 dibangun. Biasanya banjir sedada orang dewasa, dan sekarang tak ada lagi banjir sesuai dengan kajian agar air tetap mengalir. Implikasinya tak hanya untuk Rohul, melainkan juga Dumai dan Bengkalis,” terangnya.

Tak bisa dipungkiri, karir politik seseorang tak bisa jalan di tempat terus. Begitu pula dengan Kelmi. Ia tak ingin stagnan di legislatif dan bertekad andil dalam Pilkada Rohul 2024 mendatang.

“Estafet kepemimpinan itu perlu berganti dan kesinambungan pembangunan itu penting. Di samping saya orang politik, sebagai ketua partai, tentu ada niat bagaimana Rohul dilakukan perbaikan. Saya punya keyakinan, apa yang dibangun di zaman bupati-bupati sebelumnya tentu belum cukup memenuhi rasa kebahagiaan masyarakat Rohul,” kata dia.

Kelmi tak surut. Ia yakin dan tanpa tedeng aling-aling maju dalam kontestasi Pilkada guna menempati kursi Bupati Rohul.

“Sejauh ini partai dukung tapi tunggu hasil Pileg 2024, karena seandainya Partai Demokrat tak dapat sembilan kursi legislatif tentu kami akan buat koalisi. Lagipula setiap kunjungan di Dapil, masyarakat menanyakan saya maju kepala daerah, dan saya tak bisa tutupi lagi dan saya harus maju. Saya tak ada basa-basi,” kata Kelmi.