Laporan Indah Lestari
RIAU ONLINE, PEKANBARU-Dinas Pariwisata Provinsi Riau kembali taja Festival Bono Surfing. Guna mengenalkan pesona Bono dan sejarahnya di peradaban dunia.
Bono merupakan aliran dari Sungai Kampar, Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan yang panjangnya mencapai 413 kilometer. Berhulu di Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Bermuara di Selat Malaka. Jadi sungai kelima terpanjang di pulau Sumetera.
Festival ini akan dilangsungkan pada 9 hingga 11 November 2022, sesuai dengan kalender musim Bono. Fenomena yang hanya terjadi ketika bulan purnama, antara bulan Oktober hingga Desember. Saat puncak musim hujan, di mana debit air Sungai Kampar sedang tinggi-tingginya.
Sejarah dan Mitos Bono
Bono atau yang dalam bahasa Inggrisnya disebut tidal bore berarti gelombang atau ombak. Bono miliki tujuh lapisan ombak.
Mulai dari gulungan ombak terbesar di bagian terdepan, dan diikuti enam gulungan ombak dengan ukuran lebih kecil. Hal ini dikarenakan fenomena alam, masuknya arus laut ke sungai ketika pasang.
Konon katanya, tujuh lapis ombak Bono tersebut, ialah perwujudan dari tujuh hantu Bono. Sebuah mitos dari kisah Sentadu Gunung Laut. Cerita masyarakat Melayu lama.
Hantu-hantu tersebut dikisahkan sebagai sosok yang sering menghancurkan sampan maupun kapal, yang tengah melintasi Sungai Kampar.
Sensasi Berbeda dan Histeria Bono Berhasil Tarik Perhatian Peselancar Dunia
Tujuh lapisan ombak Bono, mampu mencapai ketinggian empat, hingga lima meter. Bergerak dari muara Desa Pulau Muda menuju Desa Teluk Meranti, dan kemudian Tanjung Mentangor.
Ombak Bono menyisir sepanjang daerah aliran sungai (DAS), dengan jarak tempuh sejauh 50 sampai 60 kilometer per jam, dan kecepatan rata-rata 40 kilometer. Semakin menjauh dari muara, maka akan semakin tinggi pula ombak yang dihasilkan.
Ombak Bono yang mengalir berlawanan dengan arus sungai, membuatnya tampak berbeda dengan ombak laut. Panjangnya bisa mecapai 200 meter, bahkan dua kilometer mengikuti lebar sungai.
Hal ini pulalah yang menarik perhatian Antony Colas, penulis buku panduan berselancar terkemuka, World Stormrider Guide, pada September 2010. Dilansir dari indonesia.go.id, Colas tercengang dengan gulungan besar ombak Bono yang bisa terjadi di sungai.
Melalui tulisannya tentang Bono dalam bukunya World Stormrider Guide tersebut, Colas mampu mengundang rasa penasaran peselancar dunia asal Amerika Serikat, Tom Curren yang juara dunia tiga kali berturut-turut.
Tom sendiri dikenal sebagai peselancar senior yang saat ini berusia 58 tahun. Ia pun juga mengajak dua rekannya sesama juara dunia, Bruno Santos dan Dean Brady yang turut mencoba menaklukkan Bono setelah Antony Colas, pada Maret 2011.
Sejak tahun 2013, Pemerintah Kabupaten Pelalawan memang melirik bono sebagai potensi pariwisata. Utamanya bagi turis dengan minat khusus seperti para peselancar atau surfer di atas.
Jika biasanya olahraga selancar dilakukan di atas ombak laut, inilah uniknya Bono. Surfer berselancar di ombak sungai dan merasakan sensasi berbeda tentunya.
Selain Festival Bono Surfing, ada juga Festival Bekudo Bono yang rutin digelar pemerintah setempat. Event tahunan yang mendunia, olahraga surfing berbasis budaya.
Gabungan olahraga surfing modern dengan surfing tradisional, yang dilakukan di atas gelombang sungai Bono. Maka tidak heran jika Bono dan berbagai festivalnya mampu menggaet belasan, bahkan puluhan surfer dunia.