Laporan: Dwi Fatimah
RIAUONLINE, PEKANBARU - Baru-baru ini heboh di sosial media seorang bocah berinisial F (11) tewas karena menjadi korban bully dari teman-temannya. F dibully dengan cara dipaksa bersetubuh dengan seekor kucing kemudian direkam oleh teman-temannya dan diunggah ke sosial media.
F meninggal dunia akibat depresi setelah dirundung oleh teman-temannya. Tidak hanya kasus F, banyak sekali kasus bullying atau perundungan terjadi di masyarakat.
Aksi bullying cenderung dialami oleh anak-anak sekolah. Kebanyakan korban dari tindakan intimidasi ini pun tak mampu melawan ketika mendapat kekerasan dari si pelaku bullying.
Tidak hanya perundungan secara langsung, kasus bully di sosial media juga kerap terjadi. Siapa saja bisa mengetik hal yang tidak menyenangkan kepada orang lain yang bahkan tidak dikenalnya di sosial media.
Bullying atau perundungan adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan, yang dilakukan secara sengaja oleh satu orang atau kelompok yang lebih kuat. Tujuan dari bullying ini untuk menyakiti orang lain dan dilakukan terus menerus.
Kata bullying berasal dari bahasa Inggris, sedangkan dalam bahasa Indonesia disebut penindasan atau risak. Kasus bullying ini sering terjadi di Indonesia. Contohnya saja kasus penindasan di sekolah.
Mengutip buku Meredam Bullying, Ken Rigby, konsultan ahli sekolah menjelaskan tentang pengertian bullying. Menurut Ken Rigby, bullying adalah sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini bisa dilihat dari sebuah aksi yang menyebabkan seseorang menderita.
Menurut Yayasan SEJIWA, secara umum praktik bullying dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yakni bullying fisik, bullying non-fisik, dan bullying mental atau psikologis.
1. Bullying fisik
Ini merupakan jenis bullying yang kasat mata. Siapa saja bisa melihat tindakan merugikan ini karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku dengan korban bullying. Contoh bullying fisik: Menampar Menimpuk Menginjak kaki Menjegal Meludahi Memalak Melempar dengan barang Menghukum dengan berlari keliling lapangan Menghukum dengan cara push up Menolak
2. Bullying verbal
Ini jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa tertangkap indra pendengaran. Contoh bullying verbal yang kerap tak disadari, di antaranya: Memaki Menghina menjuluki Meneriaki Mempermalukan di depan umum Menuduh Menyoraki Menebar gosip Memfitnah Menolak
3. Bullying mental
Ini jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap mata atau telinga kita jika kita tidak cukup awas mendeteksinya. Contoh bullying mental: Memandang sinis Memandang penuh ancaman Mempermalukan di depan umum Mendiamkan Mengucilkan Mempermalukan Meneror lewat pesan pendek telepon genggam atau email Memandang yang merendahkan Memelototi Mencibir.
Bullying berdampak pada kesehatan mental terutama pada anak-anak dan remaja. Pelaku yang melakukan pembullyan bisa memberi pengaruh buruk pada kesehatan fisik dan mental korbannya. Dampak paling fatal dari kasus bullying adalah tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh korban.
Selain itu, dampak bullying bagi korban juga dapat memicu depresi, stress, gangguan kesehatan mental, sampai memicu kemarahan. Juga berdampak pada menurunkan tingkat kecerdasan dan kemampuan analisis anak-anak Remaja dan anak-anak yang mendapat perilaku bullying akan menurun secara akademik dan memilih mengasingkan diri.