Dinkes Kota Pekanbaru Fasilitasi Layanan Kesehatan bagi Pengungsi Rohingya

Penampungan-Rohingya.jpg
(Rahmadi Dwi Putra/RIAUONLINE.CO.ID)

RIAU ONLINE, PEKANBARU-Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Pekanbaru bakal memfasilitasi layanan kesehatan bagi pengungsi Rohingya. Apalagi mereka masih berada di Pekanbaru sebelum dipindahkan ke negara ketiga.

 

Kepala Dinkes Pekanbaru dr Zaini Rizaldy Saragih mengatakan, tahap awal pemeriksaan kesehatan para pengungsi Rohingya masih ditangani klinik kesehatan Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) dan Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM).

 

"Namun, kami juga telah melakukan kerja sama dengan pihak Rudenim maupun IOM sebelumnya dalam memeriksa kesehatan para pengungsi asing," kata Zaini, Rabu 1 Juni 2022.

 

 

Menurutnya, Dinkes tetap memfasilitasi para pengungsi untuk ditangani di Puskesmas terdekat. \

 

"Ke depannya bila dibutuhkan Dinkes siap memberikan bantuan," ujarnya.

 



Para pengungsi asal Myanmar sudah berada di Kota Pekanbaru dua pekan lebih. Proses pemindahan pengungsi Rohingya dari Aceh ke Kota Pekanbaru berlangsung dua gelombang. Pemindahan sudah berlangsung sejak Rabu, 18 Mei 2022.

 

Para pengungsi Rohingya kembali menjalani pemindahan ke Kota Pekanbaru Kamis, 19 Mei 2022. Pada kelompok terbang pertama ada 55 orang pengungsi Rohingya yang pindah ke Kota Pekanbaru. Sedangkan hari ini ada sekitar 64 orang pengungsi.

 

Proses pemindahan akan langsung ditinjau oleh Satgas Pengawasan Pengungsi Luar Negeri (PPLN) Pusat di bawah Kemenkopolhukam RI. Total ada 119 orang pengungsi asal Rohingya dipindahkan ke Pekanbaru. 

 

Proses pemindahan pengungsi melibatkan tim PPLN bersama IOM dan UNHCR. Pempatan para pengungsi di Wisma D'COP 2 yang berada di Jalan Ciptasari, Kelurahan. Tangkerang Selatan. 

 

 

Kepala Misi IOM di Indonesia, Louis Hoffmann dalam keterangan tertulis menyampaikan terima kasih kepada Pemerintah Kota Pekanbaru atas partisipasi dalam relokasi. IOM juga sudah menyediakan tempat tinggal sementara yang layak bagi kelompok yang rentan tersebut.

 

Hoffmann menambahkan bahwa relokasi mmenjadi awal yang baru dan butuh penyesuaian. Apalagi para pengungsi sudah cukup lama tinggal di penampungan sementara di Bireuen dan Lhokseumawe.