RIAU ONLINE, PEKANBARU-Anggota Komisi V DPRD Riau, Abu Khoiri mengaku mendapat aduan masyarakat terutama orangtua yang memiliki anak usia sekolah terkait dengan sekolah pertemuan tatap muka.
"Banyak yang mengeluh terutama di daerah. Hampir di semua titik reses kemarin saya menerima pengaduan ini. Bahaya ini untuk generasi kita ke depannya," ujarnya, Selasa, 31 Agustus 2021.
Menurut legislator yang kerap disapa Aboy ini, anak-anak sering berkumpul- kumpul sepanjang hari selama tidak sekolah tatap muka, ia khawatir hal ini malah membawa ke perilaku yang merugikan anak-anak.
"Bagaimana generasi muda ini ke depannya? Selama tidak sekolah tatap muka ini mereka bergerombol kesana kemari. Kita khawatir ada hal-hal lain yang terjadi," ungkap Aboy.
Selain itu pula, masalah ketidaksiapan infrastruktur terutama di desa-desa membuat belajar via daring amat sulit.
"Di desa-desa ini banyak kendalanya, jaringan tak memadai dan ekonomi masyarakat terbatas. Mereka satu rumah yang sekolah dua atau tiga orang, bagaimana membagi ruangan, membagi androidnya?" Paparnya.
Menurutnya, beberapa daerah sudah bisa menggelar sekolah tatap muka, tapi hingga kini aturannya pun belum jelas dan belum sampai ke bawah.
Ia menekankan agar segera dijelaskan regulasinya ke bawah sehingga tidak terjadi kesalahpahaman dan lempar tanggung jawab jika terjadi Pelanggaran.
"Informasi ini tidak sampai ke bawah sehingga banyak yang ragu untuk melakukan ini. Regulasi itu yang perlu diperjelas dan disampaikan ke bawah. Jangan sampai nanti lempar-lemparan bola," tekan Aboy.
Untuk mendukung sekolah tatap muka, ia mensyaratkan agar pihak sekolah bisa memenuhi infrastruktur standar untuk pelaksanaan prokes semisal wastafel cuci tangan dan pengaturan jarak.
Pemerintah pun diharapkan dapat membantu sekolah terkait pendanaan yang mungkin meningkat untuk membeli perangkat-perangkat prokes.
"Prokes standar wajib lah, pemerintah pun harus menyiapkan lah anggarannya untuk membantu sekolah menyiapkannya," tegas Aboy.