RIAU ONLINE, PEKANBARU-Haji Permata tewas ditembak Bea dan Culai Kepri di perairan Sungai Bela, Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
Pengusaha asal Batam keturunan bugis itu ditembak aparat yang melakukan penindakan terkait indikasi aktivitas penyelundupan. Tiga peluru menembus dadanya.
Sosok Haji Permata selama ini memang kontroversial. Namanya sering terseret sejumlah kasus terkait kepabeanan.
Maklum saja, Haji Permata yang berdiam di pesisir Tanjung Sengkuang, Kota Batam ini merupakan pengusaha pemilik kapal yang biasa menjalankan bisnis dan aktivitas antar angkut barang.
Tak jarang, barang-barang yang diangkut bermasalah terkait izin dan legalitas. Seperti hal yang terjadi saat aparat Bea Cukai di Inhil menindak empat high speed craft (HSC) milik Haji Permata.
Terdapat sejumlah barang berupa rokok yang masuk kategori ilegal. Haji Permata saat itu juga berada di HSC.
Terlepas dari sejumlah kasus-kasus hukum yang terjadi, pria bernama asli Jumhan bin Selo itu bak 'god father' bagi sebagian warga, terutama bagi kalangan warga Batam keturunan bugis.
Tak hanya itu, Haji Permata juga dikenal dermawan oleh warga sekitar di Tanjung Sengkuang.
"Ibaratnya The God Father versi tanjung sengkuang. Orangnya suka membantu warga juga," kata Adi warga setempat. Ia pun turut berduka dengan kematian Haji Permata.
Adi masih mengingat saat akan memasuki lebaran Idul Adha, puluhan kambing dan juga sapi diqurbankan oleh Haji Permata. Hewan qurban itu diberikan ke beberapa masjid yang berada di Tanjung Sengkuang
"Ia juga sering memberikan sembako dan juga suka membantu warga yang sedang kesusahan," Kata Adi.
Ia juga mengingat jika Haji Permata sering membantu warga setempat untuk mendapatkan kerja. "Warga sini sudah banyak yang dicarikan kerja olehnya (Haji Permata), di beberapa PT yang berada di kawasan Batu Ampar dan Tanjung Sengkuang," ucapnya.
Seorang rekannya yang ikut membesuk ke rumah kala duka, Putra mengaku sempat satu sel dengan Haji Permata. Saat itu Haji Permata ditahan terkait masalah dengan Bea Cukai pada 2015.
"Haji Permata keluar (tahanan) lebih awal dibanding saya. Setelah beberapa bulan saya keluar, saya tidak tau mau ke mana karena malu
mau pulang ke rumah keluarga, akhirnya saya menjumpai Haji Permata, Dan saya dibantu dari segi keuangan, hingga saya menganggap sosok Haji permata seperti orang tua saya sendiri," kata Putra.
Sebagai warga keturunan bugis, Haji Permata juga dikatakan Putra selalu ingat asal-usulnya, baik dalam pergaulan maupun dalam kegiatan sosial.
Seperti diketahui, Haji Permata sempat menjabat Ketua Kekerabatan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kota Batam, beberapa waktu lalu. Artikel ini sudah terbit di Kumparan.com