Liberika, Kopi Asal Meranti yang Ditanam di Lahan Gambut, Beraroma Coklat

Novi-Kopi-Liberika.jpg
(Laras Olivia/Riau Online)

RIAUONLINE, PEKANBARU- Saat masa pandemi melanda, Novi, gadis berparas ayu ini memilih ikut ajang menjadi Duta Kopi. Dirinya mengaku menjadi kandidat pertama dari Riau yang ikut ajang ini.

 

Ia berhasil menjadi Runner-up 2 besar Duta Kopi Indonesia 2020. Novi berujar, Duta Kopi Indonesia punya misi mempromosikan kopi yang ada di Inddonesia.

 

"Indonesia merupakan penghasil kopi terbesar nomor empat. Tapi jumlah peminum kita sangat sedikit di Indonesia," ulasnya saat diundang ke Riau Online Podcast, Sabtu 16 Januari 2021.

 

Dia memaparkan bahwa Riau juga punya kawasan penghasil kopi. Selama ini, kata Novi, kebanyakan orang hanya mengenal nama kopi Arabica dan Robusta. Di tanah Sumatera, lebih dikenal Kopi Gayo dan Kopi Lampung.

 

Ternyata, di salah satu desa di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau, terdapat kopi unik yang tak kalah dari dua contoh kopi di atas.

 

Liberika Meranti, demikian nama kopi unik yang ada di Desa Kedaburapat, Pulau Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti. "Di Meranti ada penghasil kopi Liberika. Kopi yang tumbuh di lahan gambut ini perlu perawatan khusus," terang Novi.

 



Menurutnya, kopi Liberika yang tumbuh di lahan gambut perlu perawatan sangat ekstra. Alhasil, kopi ini punya rasa yang khas. "Aromanya seperti coklat dan ada rasa seperti buah nangka," ulasnya.

 

Lanjutnya, kopi Liberika pertama kali dibawa ke Indonesia oleh orang Malaysia. Pedagang asal Malaysia itu membawa bibit Liberika yang kemudian ditanam dan cocok dengan tanah gambut.

 

"Di Indonesia sendiri ada dua wilayah yang memproduksi kopi Liberika. Pertama di Jambi dan di Meranti. Di Meranti, luas lahan kopi ada enam hingga delapan hektar. Paling luas di Jambi, mencapai 10 hektar," terangnya.

 

Sayangnya, produksi kopi ini masih terbatas di Indonesia. Novi menyebut, kendalanya pada proses perawatan cukup mahal. Untuk itu, harganya pun lebih mahal dari Arabika dan Robusta.

 

"Pemesanan kopi di Riau masih terbatas. Produksi masih terbatas. Kopi ini lebih terkenal di mancanegara. Mereka lebih menilai dari kualitas dan rasa," ujarnya.

 

Menurutnya, pendistribusian masih dominan ke luar negeri. Pemesanan biasanya dilakukan lewat akun belanja online atau langsung melalui si pembuat kopi.

 

"Harga sebungkus kopi ini Rp 30 ribu per 100 gram. Rasanya tidak mengecewakan. Tidak terlalu pahit," ucapnya.

 

Novi mengaku ingin membuat komunitas demi meningkatkan promosi kopi Liberika. Dalam hal ini, ia menggandeng petani dan anak muda.

 

"Pengen bikin komunitas. Sharing dan promosi kopi Liberika. Berupaya memberdayakan petani di Meranti lewat UMKM, juga mengedukasi masyarakat," paparnya.

 

Apalagi tugas utama Duta Kopi yakni mempromosikan segala jenis kopi. Novi ingin memprioritaskan kopi Liberika. Ia membuat Networking Liberika Sosmed (NLS).

 

"Harapannya ke depan ada dukungan dari pemerintah. Semoga juga diadakan Duta Kopi di Provinsi," pungkasnya.