RIAUONLINE, PEKANBARU - Pengamat politik Riau, Tito Handoko menilai partai Masyumi yang bangkit kembali di perpolitikan Indonesia akan sulit membentuk massa pendukung.
Romantisme kejayaan Masyumi sebagai partai politik Islam masa lalu dinilai tidak bisa lagi digunakan karena zaman yang sudah berubah.
"Segmennya sama dengan partai Islam lain, kalo dia jualan kejayaan masa lalu akan sulit. Generasi sudah berubah," ujarnya kepada RIAUONLINE Selasa, 10 November 2020.
Ia menilai Masyumi akan kesulitan mencari basis suara karena konstelasi suara pendukung partai politik Islam hari ini sudah sangat jelas.
"PKS misalnya, sudah punya segmen. Tidak akan berubah segmen pemilihnya. Nasional Religius seperti PAN atau Demokrat juga punya segmen pemilih. Cukup sulit mencari ceruk-ceruk suara itu. Segmen manapun yang akhirnya dimasukinya harus berjuang lebih keras lah. Tidak seperti di masa lalu pasca kemerdekaan" ujarnya.
Menurutnya hal ini wajar terjadi pada partai politik yang baru dibentuk. Hal yang sama juga terjadi partai Gelora atau PSI.
"Gelora misalnya, sulit juga mencari massa karena segmennya nasionalis. Begitu juga PSI yang tidak lolos ambang batas parlemen karena bertarung di segmen partai-partai mapan" jelasnya.
Lebih jauh Tito menjelaskan bahwa ia belum melihat konsep partai Masyumi yang bisa menjadi alternatif dari partai-partai Islam lain sehingga saling rebut suara tidak bisa dihindarkan.
Terlebih beberapa tokoh yang bergabung dengan Masyumi juga irisan dari partai-partai Islam sebelumnya. Bahkan, ada pula yang disebut barisan sakit hati.
Tito menilai Masyumi harus bekerja keras untuk membentuk basis massa setidaknya dari massa mengambang yang belum terikat dengan ideologi partai lain.
"Kita lihat saja bagaimana gerak langkah Masyumi untuk menarik atensi masyarakat"