INILAH SMA Mutiara Harapan, Pangkalan Kerinci, Pelalawan. SMA ini masuk di peringkat 100 Nilai NEM Tertinggi se-Indonesia, dan menjadi satu-satunya di Riau kalahkan SMAN 1, SMAN 8 dan SMAN Plus.
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sekolah ini bukan berada di ibukota provinsi, melainkan di ibukota kabupaten. Namun, jika ditanyakan apa prestasi sekolah tersebut, maka akan tercenganglah orang saat mengetahuinya.
Teranyar, SMA Mutiara Harapan menyingkir sekolah sederajat lainnya seluruh Riau. Termasuk SMAN 1, SMAN 8 maupun SMAN Plus, selama ini digadang-gadangkan sebagai sekolah favorit dalam rata-rata perolehan nilai Nilai Ebtanas Murni (NEM) 2019 dengan 81,80 untuk jurusan IPA.
Tak hanya itu, sekolah yang berada di dalam Kompleks PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP), Pangkalan Kerinci, sekitar 60 kilometer (km) dari Ibukota Riau, Pekanbaru, juga menempati peringkat pertama di jurusan IPS. Rata-ratanya 78,72.
"Kami sadar, sekolah kami tidak di ibukota provinsi, melainkan di kabupaten. Namun, kami harus akui dan ini menunjukkan daya juang anak-anak sangat tinggi, meskipun tidak di Pekanbaru," ungkap Kepala SMA Mutiara Harapan, Lie Suang, saat bincang-bincang dengan RIAUONLINE.CO.ID, Jumat, 21 Juni 2019.
Tak hanya rata-rata nilai NEM sekolah di atas ketiga sekolah selama ini dianggap terpintar dan favorit, Lie juga mengatakan, nilai individu siswa juga tertinggi untuk jurusan IPS di Riau. Siswa tersebut bernama Aryondo Christ Rohan Silalahi, dengan nilai rata-rata 93,62.
Selain memiliki daya juang tinggi siswa-siswanya, Lie juga angkat topi kepada tenaga pendidik di SMA Mutiara Harapan. Pasalnya, jika para guru tersebut tak memiliki tanggung jawab, dedikasi rendah, maka mereka akan takut hanya kepada pimpinan saja.
Apalagi, SMA Mutiara Harapan tidak menerapkan seleksi masuk, seperti sekolah favorit lainnya, menerima siapa saja mendaftar.
"Sekolah kami seperti kebanyakan sekolah-sekolah SMA lainnya di Riau dan Indonesia. Ada intensif, ada bimbel dan upaya lainnya. Namun, membedakannya menurut kami adalah memberikan motivasi kepada anak didik bahwa mereka bisa, mampu," cerita Lie Suang.
Lei Suang menceritakan, memotivasi anak itulah paling penting dan hasilnya seperti sekarang ini. Sejak kelas 10, tuturnya, pelajar SMA Mutiara Harapan sudah ditanamkan kebiasaan (habbit) untuk memotivasi mereka sejak dini. Ditambah lagi, di SMA ia pimpin ada Program Internasional Cambridge, sehingga ada fokus terpecah saat mempersiapkan UNKB dan ujian tersebut.
Alasannya, kalau diberi motivasi mereka mampu dan bisa di kelas 11, waktunya sangat kasib atau pendek. Maka motivasi diri kepada siswa-siswa sejak dini dilakukan, saat mereka baru masuk SMA.
"Di level SMA, ini lebih menentukan. Anak-anak jangan dibelenggu dengan target-target tertentu. Jika itu dilakukan, mereka tak bisa lakukan yang terbaik. Beri mereka motivasi terbaik, tidak gampang menyerah, setiap orang memiliki potensi untuk berhasil. Itu kita tanamkan, internalisasi nilai," ujarnya.
Sehingga, tuturnya, setiap anak menjadi pembelajar terbaik bagi diri mereka sendiri. Jika tak ada guru, maka tak belajar. Itu cara lama harus ditinggalkan. Apalagi saat ini era teknologi, semuanya bisa diakses, belajar sendiri mencari tahu apa jawabannya.
Ia mengakui, guru-guru di SMA Mutiara Harapan tidak diberi target harus nomor 1, melainkan Top 3 di Riau. Alasannya, tidak semua anak kemampuannya sama.
"Guru itu di sini hanya fasilitator saja. Namun paling penting itu adalah learn how to learn. Itu kami lakukan ke anak didik. Di sekolah kami itu diterapkan. Bahkan guru-guru tidak ditargetkan harus noimor satu, minimal Top 3 saja," pungkasnya.