RIAU ONLINE, PEKANBARU - Indonesia Berduka. Ibu Negara pendamping hidup Presiden Ke-6 Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono, Christiani Herawati atau dikenal dengan Ani Yudhoyono wafat, Sabtu, 1 Juni 2019, pukul 11.55 waktu Singapura, dalam usia 67 tahun.
Kepergian almarhumah tak hanya ditangisi keluarga besar SBY semata saja, atau Keluarga Besar Partai Demokrat, melainkan juga seluruh rakyat Indonesia.
Bagi Partai Demokrat, ANi Yudhoyono merupakan energi terbesar kader dan pengurus membesarkan partai. Termasuk diawal-awal partai berlambang Mercy itu berdiri, almarhum ikut terlibat membidaninya, bahkan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum.
Tak terkecuali, saat baliho bergambar suaminya, sang ketua umum, Susilo Bambang Yudhoyono dan dirinya, bendera serta atribut lainnya dirusak oleh orang tak dikenal bersamaan dengan kedatangan Presiden Joko Widodo ke Pekanbaru, Sabtu, 15 Desember 2018.
Kala itu, sejumlah kader Demokrat tidak mampu membendung air matanya saat menyaksikan cuplikan video bendera dan spanduk Demokrat yang dirusak oleh orang tidak dikenal.
Tak hanya kader Demokrat, sejumlah petinggi partai juga ikut menangis, tak terkecuali istri tercinta ketua umum SBY, Ani Yudhoyono yang terisak-isak di depan.
"Ibu jangan menangis, nanti kami menangis juga," ujar Sekjend Demokrat Hinca Panjaitan, Sabtu, 15 Desember 2018.
Tak lama setelah mengatakan hal itu, Hinca lantas mengambil sejumlah tisu untuk menghapus air matanya yang mulai menetes.
Disampingnya, ada ketua DPD Demokrat Riau, Asri Auzar, uga melakukan hal sama. Sesekali air matanya masih turun dan matanya sudah memerah.
Selain Asri, sejumlah pengurus DPD Demokrat Riau juga menangis, seperti mantan Ketua DPD Demokrat Riau Achmad, Sekretaris DPD Demokrat Riau Eddy Moh Yatim dan sejumlah kader lainnya.
"Manusia yang bijak itu saling menghormati dan saling menghargai, siapapun pemimpin di negeri ini harus arif dan bijaksana," katanya.
SBY kemudian bercerita bagaimana ia menghormati Presiden Jokowi yang juga berkunjung ke Riau hari ini, dimana ia mengalah karena Jokowi adalah Presiden.
"Saya diagendakan untuk bertemu petinggi LAM, tapi saya dapat kabar pak Jokowi akan diberikan gelar oleh LAM, saya mengalah karena saya menghormati pemimpin yang sedang memimpin," jelasnya.
Apabila pemimpin sudah tidak saling menghormati, maka orang tersebut sudah batal sebagai pemimpin, dan Allah akan mencatat semua perilaku ummatnya.
"Meskipun kita sedih karena ada cobaan, mari kita lanjutkan acara kita dengan khidmat hening dan khusyuk sambil minta Ridha Allah, semoga musibah ini bisa menjadi berkah," tutupnya.
Berita ini sudah naik pada, Sabtu, 15 Desember 2018, berjudul Air Mata Ani Yudhoyono Tumpah, Menyaksikan Pengrusakan Atribut Demokrat