Penulis: Heru Maindikali
RIAUONLINE, PEKANBARU - Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Provinsi Riau memiliki panganan khas, yakni Bolu Berendam dan Kue Asidah. Kedua panganan itu memiliki lekatan dengan perjalanan sejarah panjang Indragiri sebagai sebuah kerajaan yang pernah berjaya. Baik Bolu Berendam maupun Kue Asidah adalah kudapan favorit raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Indragiri.
Bolu yang kita kenal pada umumnya hasil panggangan oven atau dikukus. Tapi beda halnya dengan Bolu Berendam. Panganan khas masyarakat melayu ini disajikan dalam keadaan basah atau berkuah.
Kuah pada bolu ini unik. Bahannya adalah larutan gula yang diberi tambahan cengkeh, kayu manis dan adas. Kombinasi itu menghasilkan bolu dengan cita rasa yang sangat unik. Jadi nggak heran jika tahun 2017 silam, kudapan favorit raja-raja Indragiri ini meraih juara pertama kategori makanan tradisional terpopuler pada ajang Anugerah Pesona Indonesia (API). Bolu Berendam juga dan pernah tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) kategori sajian kue bolu terbanyak dengan jumlah mencapai 100 ribu.
Dibutuhkan kesabaran ekstra untuk membuat bolu ini. Ada pula bumbu mistisnya, karena banyak pantangan atau yang harus diikuti. Kononnya, si pembuat kue tidak boleh menggunakan bantuan alat-alat bertenaga listrik. Selain itu, ketika meramu kue ini bagi perempuan tidak diperkenankan kalau sedang datang bulan dan tidak boleh berkata-kata kasar. Kalau pantangan itu dilanggar, hasil akhir tidak akan mamsimal. Malah berbau anyir.
Lain lagi dengan kue Asidah. Kudapan khas masyarakat Inhu ini adalah hasil dari perpaduaan tepung terigu dengan rempah-rempah seperti kayu manis, daun pandang, hingga cengkeh.
Kue asidah memiliki tekstur yang lembut dengan sensasi rasa manis. Teknik penyajian Kue Asidah juga terbilang unik. Masyarakat Riau biasanya menyantap Asidah dengan menambahkan bawang goreng sebagai topping. Kombinasi rasa manis dan gurih bawang goreng membuat rasa kue ini semakin unik saja. Belakangan, lantaran turut terkena modernisasi, ada juga yang menggunakan meses sebagai toppingnya.
Sama seperti saat membuat Bolu Berendam ada pantangan yang harus tak boleh dilanggar saat membuat kue ini. Selain itu ada aturan juga ketika menyantap kudapan para raja ini. Kamu harus menyantap Asidah dimulai dari bagian bawah, karena jika diambil langsung dari bagian atas, kamu dapat dianggap tidak sopan.
Seorang warga kota Rengat kabupaten Inhu, Indra Saputra menuturkan, untuk membeli dan mencicipi kudapan ini tidak bisa didapat langsung begitu saja. Melainkan harus dipesan satu hari sebelumnya. Hal ini dikarenakan kedua kudapan tersebut dibuat tanpa bahan pengawet sehingga cepat basi.
“Untuk mendapatkan kue ini harus dipesan khusus satu hari sebelumnya. Biasanya dipesan sore atau malam hari. Kemudian pada keesokan harinya bisa dibeli dan dicicipi,” ujarnya.
Indra menjelaskan, untuk memesan kue ini, para pemburu kuliner bisa memesan di kota Rengat tepatnya di kampung seberang dan kampung dagang. “Di daerah itu banyal ibu-ibu yang sepesial membuat kue Asidah dan Bolu Berandam. Harga 1 kue mulai dari 1.000 rupiah hingga 3.000 rupiah,” jelasnya.
Diungkapkanya, saat ini pemerintah kabupaten Indaragiri Hulu telah membuat peraturan daerah yang di tujukan kepada hotel-hotel dan restoran agar menyajikan kudapan tradisional ini di tempat-tempat usahanya.
Mantap ya dua kudapan khas masyarakat Inhu tersebut! Ini membuat kita semakin bangga menjadi bangsa Indonesia. Keberagaman kuliner yang kita miliki nggak bakal ditemukan di belahan bumi lain. Dijamin nagih.