Suka Duka Para Pelipat Surat Suara, Ada Yang Mundur Karena Upah Murah

lipat-surat-suara.jpg
(Sigit)

Laporan: Sigit Eka Yunanda

 

RIAUONLINE, PEKANBARU - Hari penentuan kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) tanggal 17 April 2019 semakin dekat. Komisi Pemilihan Umum ( KPU) semakin bergegas untuk mempersiapkan pesta demokrasi tersebut. Salah satu yang terpenting adalah instrumen utama Pemilu yaitu surat suara.

Hal ini terlihat dari hiruk pikuk relawan-relawan pelipat kertas surat suara KPU Pekanbaru di venue Sepak Takraw, Lapangan Purna MTQ Pekanbaru.Pelipat suara merupakan relawan yang berasal dari berbagai latar belakang. Mahasiswa, ibu-ibu rumah tangga, hingga bapak-bapak turut serta mempersiapkan tidak kurang dari 2,6 juta surat suara yang akan dicoblos pada tanggal 17 April mendatang.

Hingga15 Maret 2019 atau hari ketiga dari 12 hari proses pelipatan suara sudah menyelesaikan secara keseluruhan untuk surat suara Pemilihan Legislatif (Pileg) DPR RI atau mencapai sekitar 20% dari keseluruhan. Usai dilipat surat suara selanjutnya dipacking dan dilengkapi kelengkapan lain sebelum didistribusikan ke masing-masing TPS di seluruh wilayah di Kota Pekanbaru.

Kasubag Keuangan, Umum, dan Logistik KPU Pekanbaru, Dody Setiawan menyatakan Aspek keamanan menjadi keutamaan dalam proses pelipatan ini.



"Tidak kurang 22 orang personil polisi disiagakan untuk mengamankan lokasi pelipatan. Relawan ini sendiri harus memiliki identitas yang jelas serta direkomendasikan oleh pengawas kelompok. Selain itu terlihat saat keluar atau masuk relawan diperiksa untuk melihat adakah membawa yang berpotensi merusak surat suara."

Hal yang tidak banyak diketahui adalah upah relawan ini yang dibayar 95 rupiah perlembar. Meski dinilai tidak ideal sehingga banyak yang memilih mundur namun keputusan ini adalah keputusan dari Pusat.

"Saat ini anggaran tersedia dari KPU RI adalah 95 rupiah perlembar," Ujar Dody.

Para relawan sendiri selain bertugas melipat juga menyortir surat suara dan dilaporkan jika ada yang rusak. Dalam sehari rata-rata para relawan bisa melipat 1200-1500 surat suara per orang.

Kendati banyak yang memilih mundur, namun tidak menyurutkan semangat para relawan tersebut. Sebut saja Ibu Ismi yang sehari-hari bekerja sebagai cleaning service di kawasan purna MTQ tersebut. Ia mengaku sudah pernah ikut serta melipat surat suara sehingga tidak kesulitan.

" Sudah pemain lama, dibawa santai aja. Kalau capek ya istirahat. Soal upahnya ya dikit, ga sampe 100 perak, kalo bisa ditambah lah," kelakar Bu Ismi sambil melipat kertas suara dengan cekatan.

Lain halnya dengan Riki Hamdani yang merupakan seorang Mahasiswa mengatakan ia tertarik untuk ikut guna mengisi waktu luang serta berperan serta dalam pesta demokrasi mendatang.

" Ya isi waktu luang lah, daripada bengong di rumah. Sekali-kali ikut memeriahkan Pemilu ga cuma sebagai pemilih berat juga ternyata. Tadi saya selesai melipat lihat ke atas pusing jadinya."

Disaat yang sama para relawan ini berharap agar Pemilu 17 April 2019 nanti dapat berlangsung maksimal dan surat suara yang susah payah mereka siapkan agar digunakan dengan semestinya dan dijaga keabsahannya.
"Harapannya agar nanti Pemilu lancar, semua memilih. Apa ga kasihan sama kami sudah capek-capek gini persiapan, malah ga milih atau suaranya dirusak," Ujar Bu Ismi sesaat sebelum beristirahat siang.