RIAU ONLINE, PEKANBARU - Memodifikasi cuaca (TMC) adalah jalan terakhir untuk mencegah meluasnya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang kini dilanda Provinsi Riau.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo mengatakan hingga hari ini sudah 5 ton garam yang telah mereka semai pada awan yang menyelimuti wilayah di Riau.
"Untuk garamnya, kita punya waktu bertahap sampai hotspot hilang. Dari 293 titik, sekarang tinggal dua titik dengan lebih dari 5 ton sudah kita semai. Sekali angkut sekitar 800 kilo untuk kawasan 10x10 kilometer," sebutnya di Lanud Roesmin Nurjadin, Senin, 4 Maret 2019.
Selain itu, mereka juga dibantu oleh sensor tinggi muka air yang dipasang pada lahan gambut serta upaya untuk merangkul masyarakat mengatasi bencana menahun ini.
Dilansir dari bppt.go.id, agar upaya ini berjalan dengan baik, TMC dilakukan dengan menambahkan partikel higroskopik dalam spektrum UGN (> 5 mikron) ke dalam awan yang sedang dalam fasa berkembang atau matang sehingga proses hujan dapat segera dimulai serta berkembang meluas ke seluruh awan.
Jenis bahan higroskopik juga digunakan. Seperti Urea, CaCl2, dan NaCl (Sodium klorida). Kemudian digiling halus dengan menambahkan bahan anti gumpal (fumed silica) sebagai aditif sebanyak 0.5 - 3 persen. Diharapkan partikel tidak menggumpal sehingga ketika disebarkan menjadi partikel tunggal.
Dengan waktu pelaksanaan tidak pada puncak musim kemarau. Karena tidak akan menghasilkan hujan yang bernilai ekonomis.
Alasannya, karena pada periode itu awan kumulus sangat terbatas atau tidak ada. Lebih baik melakukan penyemaian tidak pada kondisi kering atau tidak berawan. Berguna untuk mengumpulkan atau mempertahankan cadangan air untuk kebutuhan lainnya.