Sudah Ada BRG, Tapi Gambut Riau masih terbakar? Ini Kata Nazir Foead

Kepala-BRG.jpg
(Azhar)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kepala Badan Restorasi Gambut (BRG), Nazir Foead membeberkan alasan kenapa sampai saat ini wilayah gambut Riau masih saja mengalami kebakaran hutan dan lahan yang cukup hebat.

Padahal, negara telah menurunkan tim (seperti BRG) yang sudah mulai bekerja dari tahun 2016 sampai saat ini. Akibat kebakaran tersebut, Riau saat ini menetapkan status siaga darurat karhutla karena alasan tiga wilayahnya seperti Dumai, Bengkalis dan Kepulauan Meranti terlebih dahulu telah terbakar.

"Kalau di Riau BRG bekerja selama 3 tahun terakhir itu sudah 60 persen lebih target yang telah kita capai. Tapi kenapa sampai saat ini Riau masih saja terbakar. Kan itu pertanyaannya?," katanya, Jumat, 23 Februari 2019.



Nazir merincikan alasannya karena gambut yang telah dikeringkan dalam keadaan rusak parah di Riau itu telah terjadi selama puluhan tahun. Sehingga membutuhkan waktu untuk memperbaikinya. Sementara BRG, masyarakat dan Pemda telah sepakat bekerja merevitalisasi untuk wilayah-wilayah tertentu saja.

"Maksudnya, BRG, masyarakat dan Pemda sepakat wilayah mana yang mau dibasahi. Dari anggaran yang ada dan kemampuan yang ada. Misalnya ada 1 desa memiliki gambut rusak 10 ribu hektare. Dari anggaran yang ada dan kemampuan dalam melakukan pembasahan kita hanya bisa 2.500 hektare saja. Pada umumnya masyarakat memilih area yang dekat di pemukiman kebun mereka. Dalam pengawasan kami, area yang disepakati itu aman," jelasnya.

Untuk tahun 2018 saja, mereka mengupayakan penyelamatan gambutdengan cara mendirikan sumur bor sebanyak 325 unit, 815 sekat kanal, merevegetasi 120 lahan serta merevitalisasi 37 wilayah dengan estimasi terdampak 50 ribu hektare lebih lahan gambut Riau yang terdampak.

Hasilnya, di tahun itu luasan yang terbakar menurut drastis. Bahkan hingga di tahun 2019. Namun, menurutnya itu semua membutuhkan waktu puluhan tahun sampai gambut di Riau benar-benar dapat terselamatkan.