RIAU ONLINE, PEKANBARU - Anjloknya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit yang kini berada di angka Rp 1.222,52 per kg, mengalami kenaikan tipis Rp 63,09 dari harga pekan lalu Rp1.159,43 untuk setiap kg menjadi tanda-tanda besar.
Pengamat ekonomi Riau, Edyanus Herman Halim menyarankan kepada para petani kelapa sawit di Riau untuk segera berpindah mencari tanaman lain sebelum harga komoditi ini benar-benar jatuh.
"Kalau saya berpikir bahwa lebih baik para petani agar berganti saja ke produk lain. Karena sawit ini akan menghadapi persaingan yang semakin sengit dalam beberapa tahun mendatang," katanya melalui sambungan telepon, Rabu, 5 Desember 2018.
Menurutnya, kemajuan negara Afrika yang jeli melihat kondisi kemunduran Indonesia menjadi salah satu penyebabnya. Dalam 2-3 tahun lagi, TBS sawit dari benua ini akan menutupi pangsa pasar yang ada.
"Afrika juga sebentar lagi akan menghasilkan sawit di 2-3 tahun lagi. Sehingga pasokan sawit di dunia itu sudah semakin banyak. Sasaran mereka tentu benua Amerika sampai Amerika Latin," sebutnya.
Belum lagi sawit Malaysia yang mampu memberikan persaingan tersendiri. Negara serumpun bagi Indonesia ini masih dianggap menjadi pesaing berat bagi tanah air jika dilihat dari segi mutu dan kualitas yang mereka miliki.
Sementara Indonesia, menurutnya, masih saja berkutat terhadap lemahnya daya saing. Karena dianggap tidak memiliki industri hilir yang mempuni.
Hasilnya, hanya mampu mengandalkan ekspor dari produk yang dianggap oleh para pegiat lingkungan sebagai salah satunya penyebab gundulnya hutan Indonesia.
"Sehingga pasar sawit kita itu tergantung pada pasar ekspor. Ketika ekspor turun, tentu harga anjlok karena persediaan CPO dalam negeri masih tinggi. Kalau pasar yang ada di Tiongkok, juga saat ini tengah mengalami kondisi ekonomi yang sedang gonjang ganjing akibat perang dagang dengan Amerika. Terus, kampanye sawit negara Eropa terhadap Indonesia. Lebih baik berganti saja," tegasnya.