RIAU ONLINE, PEKANBARU - Gubernur Riau Terpilih, Syamsuar, akhirnya buka suara terkait polemik dukungan diberikannya kepada Calon Presiden (Capres) dan Cawapres Joko Widodo-Maruf Amin, Rabu, 10 Oktober 2018 silam, di acara digagas Projo Riau.
Setelah beberapa hari berdiam diri tak becakap mengenai dukungan dirinya bersama 10 kepala daerah lainnya di Riau, akhirnya Bupati Siak dua periode tersebut, bersuara.
Melalui akun Fanpage Facebook-nya, di Drs. H Syamsuar, MSi, kader Partai Amanat Nasioal (PAN) tersebut mengklarifikasi mengenai pilihannya, Provinsi Riau ke depannya, serta menjaga sikap sopan dan santun dalam perbedaan pendapat.
Berikut RIAUONLINE.CO.ID kutip secara utuh apa yang ditulis Syamsuar di akun media sosialnya tersebut Senin, 15 Oktober 2018, pukul 10.00 WIB.
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.
Berbeda pandangan adalah rahmat. Mari sama merenungkan, dan sama memikirkan, bahwa kecintaan kita yang begitu besar pada Negeri ini, tidak terkikis habis hanya karena 'sebenang' perbedaan tipis.
Saat berbeda, janganlah saling mencela. Silahkan mengkritisi, tanpa harus kehilangan kejernihan hati.
Jangan gadaikan kesopanan dan adab kesantunan di negeri Melayu ini. Tunjuk ajar mengingatkan 'Elok kayu kerana daunnya, elok Melayu kerana santunnya. Apabila hidup hendak terbilang, sopan dijunjung santun dijulang'.
Jangan terjebak pada klaim kebenaran dan vonis kesalahan pada persoalan yang belum dipahami secara paripurna. Karena bisa saja banyak hikmah, dan niat baik tersembunyi dalam langkah yang berbeda. Bukankah tidak satu jalan ke Roma?
Dalam negara Bhineka Tunggal Ika, perbedaan berada dalam ruang nyata, bukan ruang hampa untuk saling mencela, padahal saudara se-Bangsa se-Negara, bahkan se-Agama. Karena yang ideal menurut kita, belum tentu ideal untuk kebaikan semua.
Kebenaran adalah hal yang mutlak, namun menginginkan kemutlakan sekehendak kita, tak perlu juga harus dipaksa. Apalagi sampai menduga-duga dan berkata-kata yang berujung dosa.
Mungkin saja orang lain juga memiliki pemahaman tentang sesuatu yang dianggapnya benar, maka hargailah. Karena jika terus menerus memaksakan pemahaman kita sendiri, maka disitulah lahir bibit-bibit intoleransi.
Menjadi pemimpin kelak akan dipertanggungjawabkan hingga ke akhirat, itu akan selalu diingat. Dalam banyaknya perbedaan kehendak rakyat, seorang pemimpin harus berani bersikap rela. Sebagaimana pepatah berkata: Rela dipapak membela yang hak; Rela melangas karena tugas; Rela binasa membela Bangsa.
Jadi bilamana ada perbedaan pandangan, kiranya tetaplah berprasangka baik. Simpan kebenaran rapat-rapat dalam hatimu, bukan melampiaskan amarah perbedaan dengan caci maki yang tak mendidik. Sungguh itu bukan perbendaharaan kata-kata yang baik untuk jadi warisan tentang kesantunan berpolitik.
Jangan sampai sesat hanya untuk kepentingan sesaat. Tetaplah jaga persatuan dalam perbedaan, sebagai wujud syukur yang nyata atas segala limpahan karunia-NYA.
Mari kita terus berpegang teguh pada jalan kebaikan. Menjaga taat dan takwa kepada Allah Taala.
Demi Riau tercinta, InsyaAllah, saya masih Syamsuar yang sama.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.