Peneliti Ini Pertanyakan Sebaran Media Ditengah Budaya Melayu Riau

Focus-Group-Discussion-FGO-Media-Massa.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/AZHAR SAPUTRA)


RIAU ONLINE, PEKANBARU - Para peneliti yang rutin melakukan kajian akademik dari Universitas Andalas mempertanyakan cara media lokal di Riau mengemas identitas budaya Melayu di tengah isu-isu yang tumbuh dan populer di Indonesia.

Ketua peneliti dari Universitas Andalas, Wannofri Samry mengatakan tidak hanya Riau, mereka juga menyasar dua wilayah lainnya yang ada di pulau Sumatera seperti Sumatera Barat dan Kepulauan Riau.

"Kami tertarik meneliti di tiga wilayah ini karena memang kami melihat ada satu kesamaan atas media massa dalam pertarungan identitas etnisitas versus ke Indonesiaan sampai mengglobal," katanya di hotel Fave, Sabtu, 28 Juli 2018.

Wannofri menambahkan selain mempertanyakan soal pengemasan konten Melayu oleh media di Riau, dirinya juga turut mempertanyakan apakah media yang ada di Riau juga menempatkan budaya lokal di tengah konten-konten populer di kalangan masyarakat.

"Saya juga mempertanyakan bagaimana media massa di Riau mengemas ini semua. Sebenarnya sejauh apa sih media memberikan peluang kepada konten lokal dan nilainya seperti apa?" tambahnya.



Ketua dewan redaksi dari media siber asal Riau, Senuju.com, Syafruddin Saleh Sai Gergaji mengatakan bahwa media massa Riau yang saat ini masih mempertahankan kultur budaya Melayu siap-siap akan kalah bersaing dari media yang mengikuti perkembangan zaman saat ini.

"Mas media yang mempertahankan etnis, maka akan kalah bertarung dengan media lain yang tidak. Itu karena pendidikan kita saat ini sudah tidak peduli lagi dengan etnis itu. Nasionalisasi yang sentralistik akan mengancam pertumbuhan budaya," jelasnya.

Hal serupa juga dikatakan oleh salah satu dewan redaksi dari harian Metro Riau, Saparuddin Koto. Dirinya menegaskan bahwa jika pemasukan yang didapat dari sebuah media tidak mampu menutupi seluruh pengeluaran yang ada, maka dengan identitas dari sebuah media itu tidak akan pernah terlihat.

"Saya melihat di era ini pers semakin menurun. Saat perut sudah mulai lapar, maka identitas itu tidak akan ada lagi. Apalagi etnis," jelasnya.

Sementara, Pimpinan Redaksi RIAUONLINE.CO.ID, Fakhrurodzi, beranggapan bahwa apapun yang akan disajikan oleh sebuah media kepada publik dapat dinikmati jika media tersebut mampu mengemasnya dengan baik dan menarik karena dapat dengan mudah dicerna oleh masyarakat. Termasuk kultur budaya Melayu sekalipun.

"Kalau kami yang di online ini justru kultur dan sejarah Melayu itu mampu menarik minat dari para pembaca. Ini di luar hal lainnya. Asalkan mengetahui bagaimana cara teknik pengemasannya," tutupnya.