Polisi Bakal Kubur Jenazah Teroris Bila Tidak Dijemput Keluarga

Terduga-Teroris-Dinaikkan-ke-Atas-Mobil-Pick-Up.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Riau Ajun Komisaris Besar Sunarto mengatakan, hingga kini 4 jenazah teroris penyerang markas Kepolisian Daerah Riau, Rabu kemarin, 15 Mei 2018 masih berada di kamar jenazah Rumah Sakit Bhayangkara, pekanbaru. Sejauh ini baru satu keluarga dari salah satu jenazah pelaku yang menghubungi polisi untuk memastikan identitasnya.

"Hingga kini baru satu dari pihak kelaurga yang ingin mencocokkan wajah, apakah betul yang salah satunya keluarganya," kata Sunarto, Jumat, 18 Mei 2018.

Sunarto menjelaskan, untuk pengambilan jenazah pihak keluarga perlu mengantongi surat berita acara dari penyidik tentang permohonan pengambilan jenazah. Sebab kata dia, jenazah menjadi barang bukti dalam peristiwa penyerangan di Polda Riau yang turut menewaskan seorang polisi itu.

"Berita acara itu akan menjadi berkas penyidik," ujarnya.



Polisi bakal menguburkan jenazah tersebut bila dalam waktu sepekan tidak dijemput oleh keluarga.

"Apabila dalam waktu satu bulan jenazah tidak diambil kami bisa menguburkan, tetapi kami punya kebijakan karena pertimbangan ketersediaan ruang dan tempat di rumah sakit, bila seminggu tidak diambil keluarga kami akan makamkan dengan berkoordinasi dengan Dinas Sosial," tukasnya.

Adapun empat teroris yang tewas saat penyerangan tersebut yakni Mursalim alias Pak Ngah (48), Suwardi (28), Adi Sufyan (26) dan Daud (45).

Sementara itu, Tim gabungan Kepolisian Daerah Riau dan Detasemen Khusus 88 Antiteror menangkap delapan terduga teroris di Kota Dumai, Riau. Beberapa di antaranya diduga masih memiliki hubungan darah dengan tersangka teror di Markas Kepolisian Daerah Riau.

Sebelumnya, serangan teroris terjadi di Mapolda Riau, Rabu, 16 Mei 2018. Dalam kerusuhan itu, polisi menembak mati 4 teroris, dua polisi mengalami luka-luka akibat bacokan dan satu polisi Ipda Auzar meninggal akibat ditabrak mobil teroris.

Serangan itu juga melukai dua wartawan dari TVOne dan MNCTv. Setelah diidentifikasi, para teroris berasal dari Jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD) asal Dumai.