Dua perempuan Jawa bersama dua tentara Belanda di suatu tempat di Jawa, dengan tembok di sebelah kiri yang bertuliskan “Merdeka tetap Merdeka”.
(MATAPADI)
RIAU ONLINE - Seperti zaman penjajahan Jepang, Revolusi juga menyisakan fenomena sosial dimana gadis-gadis terpelajar yang kebanyakan adalah murid sekolah menegah ditemukan hamil tanpa bersuami. Hingga pertengahan 1950, sebagian besar gadis-gadis malang itu hanya menunggu kelahiran bayinya dan untuk sementara para gadis malang itu ditangani oleh PMI.
Pada zaman penjajahan Jepang realitas seperti ini lebih banyak karena tipuan dan paksaan, maka pada masa revolusi ini penyebabnya lain. Pengakuan para gadis mengungkap bahwa mereka harus terpisah dari orang tuanya akibat konflik bersenjata dan serangan militer Belanda. Kondisi ini membuat mereka jauh dari perlindungan, sehingga sebagian dari para gadis itu mendapat perlakukan kekerasan seksual. Sebagian dari mereka, bahkan terpaksa menjual diri untuk bertahan hidup.
Di sebuah organisasi bernama Terate, didirikan Jenderal Mayor dr. Mustopo yang beranggotakan para pelacur dan pelaku tindak kriminal, gadis-gadis malang itu diberi penerangan dan latihan di suatu tempat di daerah pegunungan, masuk wilayah Kabupaten Magetan, sebelum diterjunkan ke kota-kota yang dikuasai Belanda. Mereka ditugaskan untuk mendapatkan informasi tentang militer Belanda dan situasi serta kondisi kota.
Baca Juga: Teriakan 'Bubarkan PKI', Surat Sakti, Hingga Lengsernya Soekarno
Tentara Belanda asli yang sudah berpisah dengan istrinya cukup lama seringkali dihinggapi rasa rindu. Banyak dari tentara itu baru pertama kali pergi ke Indonesia sehingga tidak heran bila perasaan ingin bertemu istri demikian besar. Namun, kerinduan pada tanah airnya justru lebih tampak pada tentara Belanda yang masih bujangan. Hiburan, menjadi salah satu cara untuk melupakan kerinduan mereka. Saat-saat seperti itulah yang sangat dimanfaatkan oleh para pelacur.
Gambar-gambar porno menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam operasi para pelacur ini. Gambar-gambar cabul disebarkan ke tangsi-tangsi militer. Anggota militer yang termakan dan terpikat akan mendatangi tempat-tempat pelacuran. Dari tentara yang terjebak operasi ini diharapkan tidak hanya informasi penting yang diperoleh tetapi juga keruntuhan moral tentara musuh, seperti dilansir dari Instagram MataPadi, Sabtu, 25 Februari 2017.
Berbagai cara ditempuh oleh pemerintah demi mengatasi permasalahan prostitusi. Hingga adanya keinginan peraturan-peratusan pemerintah mengenai pemberantasan prostitusi akan betul-betul dijalankan. Untuk itu harus ada bantuan sepenuhnya dari masyarakat, terutama organisasi-organisasi wanita dengan penuh dedikasi. Langkah juga melibatkan bantuan pemuka-pemuka agama sebagai pemberi penerangan-penerangan.
Klik Juga: Dia Dono Warkop, Pria Yang Hadang Aparat Keamanan Dalam Kerusuhan Malari
Tidak kalah pentingnya adalah pendidikan seks yang diberikan pada masyarakat, terutama pelajar sekolah menengah. Pemerintah menyediakan dana f. 120.000 untuk usaha pemberantasan pelacuran. Prioritas utama diperuntukkan membangun tempat rehabilitasi. Di tempat itu, para wanita diajarkan berbagai keterampilan dan perbaikan akhlak. Dengan demikian, diharapkan berbagai keterampilan yang dilatihkan dapat dijadikan modal untuk membuka lapangan kerja sehingga tidak kembali ke dunia hitam lagi.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline