RIAU ONLINE - Kala itu, terjadi insiden tembak menembak di Desa Alue Papeun, Nisam, sebuah daerah yang dikenal sebagai "daerah hitam" di Aceh.
Seorang anggota Gerakan Aceh Merdeka (GAM) berlari sambil menghunus parangnya ke arah prajurit TNI. Moncong senapan otomatis sudah diarahkan ke tubuh si prajurit GAM. Dalam hitungan detik, peluru itu menyalak.
Seketika TNI terkejut saat anggota GAM itu kembali terbahak. Prajurit TNI pun hanya bisa bengong dan tak bergerak. Ini bukan kabar burung atau lelucon di medan perang. Bagi Pratu Sulistyono yang menceritakan peristiwa aneh ini. Hal itu menjadi pengalaman yang tak mungkin terlupakan.
Anggota Brigade Infanteri (Brigif) I Marinir itu sangat terkejut, lantas berteriak memanggil rekan-rekannya. Tiga kawannya mendengar panggilan itu langsung datang membantu, meringkus anggota GAM yang aneh dan sangar itu.
Baca Juga: Misteri Hilangnya Pahlawan Indonesia yang Memberontak Jepang
Menyadari anggota GAM itu kebal peluru, Sulistyono dan kawan-kawannya menusukkan sangkurnya ke tubuh anggota GAM, hingga berkali-kali.
”Sangkur saya hujamkan berkali-kali ke tubuhnya,” papar Sulis — panggilan Sulistyono, dikutip dari Ingataceh Wordppress.com, Sabtu, 10 Desember 2016.
Akhirya, Si GAM roboh, terkapar. Sulis bisa bernapas lega. Bebas dari ancaman maut. Mereka tak mau menunggu lebih lama lagi. Usai kontak senjata, sebagian anggota GAM kabur, orang ”berbahaya” ini lantas dikuburkan hidup-hidup.
Napas anggota GAM itu masih tersengal-sengal. Belum benar-benar tewas, hanya darahnya tumpah ruah di tanah. Sulis berinisiatif untuk segera menguburkannya. Penguburan orang aneh nan sakti itu dibantu warga setempat.
Klik Juga: Sepenggal Kisah dari Kopassus: Silakan Hukum Saya, Jangan Pecat dari TNI
Ternyata tidak selesai sampai di situ, kesokan siangnya, beberapa warga yang ikut mengubur mendatangi Sulistyono di pos jaga Desa Seumirah, Nisam, Aceh Utara. Mereka melaporkan bahwa anggota GAM yang dikubur itu terlihat berjalan-jalan di pasar.
”Dia tampak gagah dan sehat, seperti tak ada apa-apa,” kata warga.
Hanya terdapat sedikit koyakan dan pakaian yang dikenakan anggota GAM itu banyak darah. Sisa tanah merah penguburannya juga masih menempel di bagian celana panjang dan bajunya.
”Saya merinding. Saya yakin sekali, dia sudah mati. Tidak mungkin lolos, karena jarak tembak kurang dari 10 meter. Sangkur juga beberapa kali saya tusukkan ke tubuhnya. Darah banyak keluar. Tidak mungkin hidup,” kata prajurit ini.
Kisah aneh ini ternyata juga dialami oleh Serda Jafri saat bertugas di desa di Kecamatan Tanah Lautm Aceh Utara. Kala itu, pengergapan dan kontak senjata. Ia mengaku merasa yakin sudah menembak mati seorang anggota GAM.
Lihat Juga: Begini Cara Kopassus Taklukkan Tentara Israel dalam Pembebasan Bocah Libanon
Namun, saat dilakukan penyisiran bersama Tim I Kompi A Yonif 408 Kostrad, sama sekali tak ditemukan mayat Si GAM. Penyisiran dilakukan pada setiap jengkal tanah hingga tiga kali.
”Saya pastikan, dia mati. Peluru saya sudah berkali-kali merobek tubuhnya,” terang Jafri.
Padahal, proyektil peluru yang menembus tubuh anggota GAM itu tidak kecil, kaliber 7,59 mm dari senajta otomatis mininya. Umumnya, orang bisa langsung terjengkang dan mati jika tersentuh proyektil itu.
”Saya muter-muter, mencari di semak-semak, di tepian, tak juga ditemukan. Ke mana mayatnya, hilang,” akunya.
Prajurit TNI ini tak habis pikir. Entah dari mana mereka memiliki ilmu seperti itu. Tidak diketahui secara persis.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline