RIAU ONLINE - Hari ini, Sang Saka Merah Putih berkibar di mana-mana untuk menghargai jasa pahlawan yang telah mempertaruhkan segalanya untuk kemajuan Nusa dan Bangsa.
Di masa lalu, semua orang berjuang untuk kemerdekaan hingga 17 Agustus 1945. Usai Jepang kalah, perjuangan sengit ternyata belum berakhir. Selama lima tahun hingga 1950, rakyat Indonesia harus mempertahankan kemerdekaan hingga perang melawan Belanda dan sekutu berkobar di Tanah Air.
Dari sekian banyak pejuang di Indonesia pada masa 1945-1949, ada satu kelompok pejuang sangat hebat. Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI), kelompok pejuang yang diketahui Bung Tomo ini menggempur musuh meski dengan mempertaruhkan nyawa. Bagi mereka, lebih baik mati daripada tidak merdeka dan kembali dijajah.
Organisasi ini resmi dibentuk satu bulan pasca proklamasi kemerdekaan dan memiliki banyak cabang di kota besar Indonesia. Sebelum BPRI Akhirnya dibentuk menjadi organisasi pemberontak di Surabaya, dilansir dari BOOMBASTIS.COM, Bung Tomo masih tergabung dengan kelompok Pemuda Republik Indonesia (PRI) yang dia dirikan bersama dua tokoh angkatan muda, Sumarsono dan Ruslan Wijayasastra.
Awalnya, Bung Tomo dianggap sebagai pengkhiata karena mendirikan organisasi baru, BPRI. Bahkan, ia sempat ditangkap dan dimintai keterangan lebih lanjut. Ternyata, pendirian BPRI didirikan untuk mengakomodir para pejuang tidak masuk dalam golongan pemuda. Tukang becak, penjual makanan, dan pekerjaan apa saja bisa bergabung dan berjuang bersama BPRI.
BPRI Terlibat perang secara fisik atau urat saraf. Mereka juga melakukan serangan langsung ke markas musuh dan berupya menghabisi satu per satu musuh dengan diam-diam. Dengan senjata yang seadanya, mereka akan habis jika sampai melakukan serangan langsung kepada tentara sekutu yang dibawa Belanda ke Indonesia.
Serangan yang BPRI bukan tanpa strategi, serangan dilakukan tidak sembrono dan memiliki pola. Serangan BPRI kerap membuat musuh kecolongan dan kewalahan karena strategi yang mereka ciptakan dengan apik. Semangat BPRI yang tinggi bahkan membuat musuh tidak siap untuk menghadapi serangan.
Organisasi yang awalnya sangat kecil ini akhirnya bermunculan di daerah-daerah yang juga berdiri PRI. BPRI berjuang tanpa takut, meski harus mempertaruhkan nyawa. Apa saja mereka lakukan agar sekutu keluar dari Indonesia dan mengakui kemerdekaan yang telah diproklamasikan.
Cabang-cabang BPRI berdiri di beberapa kota seperti Malang, Batu, Banjarmasin dan Samarinda. Jika di Surabaya berdiri gerakan besar, cabang lain akan mulai tersulut dan menciptakan perjuangan di daerah.
Perjuangan kelompok yang terdiri dari berbagai lapisan masyarakat ini sangat hebat. Pada peristiwa 10 November di Surabaya, berjuang dengan sekuat tenaga hingga akhirnya Inggris memberlakukan serangan umum dengan membabi buta dan memakan banyak korban jiwa.
Tidak hanya berjuang secara langsung di medan perang, BPRI juga sangat aktif di saluran radio yang mereka miliki. Dengan semangat yang berapi-api, Bung Tomo dan tokoh lain memberikan suntikan semangat setiap saat. Meski saling jauh, rakyat akan langsung tersulut dan akhirnya mau berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia.