RIAU ONLINE, PEKANBARU - Nyaris hampir 10 tahun lebih tak ada lagi orang Riau, lahir dan besar di Bumi Melayu Lancang Kuning menjadi menteri di setiap rezim yang berkuasa.
Padahal, sejak Republik Indonesia ini merdeka, 'saham' Riau melebihi provinsi lainnya di Nusantara melalui pemberian hibah 13 juta Gulden dari Sultan Syarif Kasim II, sultan terakhir Kerajaan Siak, ke Presiden I Soekarno.
Ketua Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR), Al Azhar, secara khusus kepada RIAUONLINE.CO.ID, menjelaskan, kenapa orang Riau tak ada lagi menjadi menteri.
Baca Juga: Soal tak Ada Menteri dari Riau, Syarwan: Kita Harusnya Malu Kalah dari Aceh dan Papua
Hari ini, Rabu, 27 Juli 2016 siang, Presiden Joko Widodo, tak mengakomodir kepentingan Riau dalam susunan para menteri yang diumumkannya pada perombakan Jilid II, di Istana Negara.
"Orang Riau di parpol dan akademik, posisi tawar kita faktanya memang kurang 'bersinar'. Beberapa parpol 'besar' di Riau, misalnya, terkesan 'berbunyi' juga di tingkat nasional, dalam hal mempromosikan orang atau tokoh Riau di pentas nasional," kata Al Azhar.
PELAKSANA Tugas Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, hadir saat penabalan gelar adat Melayu Riau ke Pendiri Riau Pos, Rida K Liamsi, Rabu, 15 Maret 2016. Rida K Liamsi diberi gelar Datuk Sri Lela Budaya.
Tak hanya politisi Riau yang tak mumpuni, birokrat juga seperti itu. Al Azhar mengatakan, secara personal banyak yang hebat, tapi kehebatannya hanya bergema di Riau saja.
Demikian juga dengan para pegiat sosial CSO di Riau, pengaruh mereka di tingkat nasional dan internasional, dianggap oleh Pusat di Pulau Jawa cenderung sebagai 'pemain' pinggiran dalam gelanggang kehidupan sosial-politik kita di negeri ini.
Klik Juga: Orang Riau tak Akan Lupa Janji Jusuf Kalla
"Alhasil, walaupun resonansi suara mereka amat kuat secara nasional dan internasional, di negeri ini, sayangnya mereka terkesan dianggap 'biasa-biasa' saja," kritik Presiden Riau Merdeka itu.
Ia menjelaskan, peluang orang Riau masih tetap hanya bergantung pada kebaikan hati dan perjuangan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) untuk menunaikan janjinya.
"Dan atau 'alasan lama' Riau penyumbang devisa besar bagi Indonesia. iktibar dari kegagalan ini adalah mari perkuat persatuan kita meraih keberhasilan masa depan, sekat-sekat pengelompokan yang ada, kalau sukar dihilangkan, biar berlaku di internal Riau saja, keluar atau di luar Riau, kita satu kata, satu langkah, satu tujuan," ajak Al Azhar.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline