Masih Ingat Dengan Mario Penyusup Garuda? Dia Akan Jalani Sidang

Mario.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Masih ingat dengan Mario Steven Ambarita? Pemuda yang menyusup pesawat Garuda Indonesia GA 177 rute Pekanbaru - Jakarta beberapa waktu lalu akan segera menjalani sidang setelah Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Direktorat Jenderal Perhubungan Udara melakukan pelimpahan tahap II. Berkas Mario dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Pekanbaru, Riau.

 

Kepala Seksi Pidana Umum (Kasi Pidum) Kejaksaan Negeri (Kejari Pekanbaru) Adi Kadir di Pekanbaru mengatakan Mario diserahkan oleh Tim PPNS Dirjen Perhubungan Udara pada Selasa siang.

 

"Hari ini Tahap II yang diserahkan oleh Tim PPNS Dirjen Perhubungan Udara yang diketuai oleh Kasubdit PPNS dan Personil Kemanan Penerbangan, Rudi Ricardo," jelasnya.

 

Ia menjelaskan, nantinya persidangan Mario akan ditangani oleh tiga penuntut umum dari Kejaksaan Agung dan satu pentuntut umum dari Kejari Pekanbaru. (KLIK: Perempuan Ini Rela Jadi Bandar Sabu-sabu)

 

Sementara itu, dari pantauan di lokasi, Mario yang merupakan pria kelahiran Desa Bagan Batu, Kecamatan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir itu tidak terlihat. Adi mengatakan bahwa Mario masih dalam perjalanan dari rumah orang tuanya di Rokan Hilir menuju Pekanbaru.



 

"Yang bersangkutan masih dalam perjalanan ke sini," ujarnya.

 

Adi mengatakan, pihaknya tidak akan melakukan penahanan terhadap Mario karena ancaman hukuman yang diterapkan dibawah lima tahun penjara.
Penyidik PPNS sebelumnya menerapkan Pasal 421 ayat 1, Pasal 433 dan Pasal 35 Undang-Undang Penerbangan Nomor 1 Tahun 2009 dengan ancaman hukuman 1 tahun penjara dan denda Rp500 juta. (LIHAT: Bercanda, Tercebur ke Laut, Ditemukan Sudah Jadi Mayat)

 

Mario Steven Ambarita menjadi sosok yang cukup menyita perhatian publik pada 7 April 2015 lalu setelah dirinya terbang ke Jakarta dengan cara menyusup ke ruang roda pendaratan belakang pesawat terbang Garuda Indonesia.

 

Mario sempat berada di ruang roda pesawat Garuda selama 90 menit rute penerbangan Pekanbaru-Jakarta. Saat ditemukan petugas darat Bandara Soekarno-Hatta, dia menggigil hebat dan telinganya berdarah. Mulai ketinggian 16.000 kaki dari permukaan laut, temperatur udara bisa kurang dari minus 10 derajad Celcius dan tekanan udara sangat rendah plus lapisan oksigennya sangat minim. 

 

Hal ini sangat berbahaya bagi keselamatan manusia, karena perbedaan tekanan tubuh dan lingkungan bisa memicu pendarahan berat melalui lubang-lubang tubuh, membuat paru-paru dan jantung bengkak, ditambah temperatur ekstrim dingin dalam keadaan seketika mencegah tubuh beraklimatisasi dan dapat berakibat pada kematian.

 

Pada suatu kesempatan, Mario mengaku melakukan aksi nekatnya terbang ke Jakarta dengan cara menyusup pesawat karena ingin bertemu dengan Presiden Joko Widodo. Mario selama ini mengaku sebagai penggemar berat Presiden yang kerap disapa Jokowi itu.

 

Setelah melakukan aksi nekatnya, Mario selanjutnya ditetapkan sebagai tersangka oleh PPNS Dirjen Perhubungan Udara. Namun PPNS tidak melakukan penahanan karena ancaman hukuman dibawah lima tahun penjara dan mengembalikan yang bersangkutan ke orang tuanya di Rokan Hilir.

 

Setelah dikembalikan ke keluarganya, Mario lagi-lagi kembali membuat ulah dengan cara melarikan diri sebelum akhirnya ditemukan di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara pada 19 April 2015 lalu.