RIAU ONLINE, PEKANBARU - Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam mengakui adanya degradasi kualitas serta kuantitas kader HMI di Indonesia. Hal tersebut ditandainya dengan dominasi organisasi-organisasi mahasiswa menjadi sayap organisasi politik praktis seperti partai politik.
Menurut Ketua Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam, Muhammad Arief Rosyid Hasan,n virus pragmatisme dalam dunia mahasiswa sudah mengakar kuat. Hal ini yang menjadi salah satu alasan mengapa degradasi kader terjadi.
Namun ia tak begitu kecewa dengan banyaknya mahasiswa yang lebih memilih masuk organisasi mahasiswa lain, baik yang murni pergerakan maupun organisasi yang sifatnya politis saja. Menurut lelaki asal Makassar ini, hal tersebut jauh lebih baik ketimbang mahasiswa memilih apatis.
"Hal itu sah-sah saja dan kita tak perlu kecewa. Karena sebenarnya, semua dari kita kan melaksanakan pesan Tuhan dalam berlomba-lomba untuk melakukan kebajikan dan kebaikan. Fastabiqul Khairat. Dan hal itu jauh lebih baik sebenarnya ketimbang mereka memilih apatis," ujar Arief menjawab RIAUONLINE.CO.ID, Sabtu (7/11/2015). (BACA JUGA: Kongres HMI Disebut Genjot Ekonomi, Ini Alasanya)
Dalam Kongres HMI yang ke-29 di Pekanbaru, kata Arief, menjadi moment yang tepat dan strategis untuk melakukan rekontekstualisasi arah gerakan HMI untuk tetap eksis di masa mendatang.
"Mereka yang lebih mendominasi sekarang bisa jadi karena mereka mampu menangkap zaman. Karena siapa yang bisa menangkap zamanlah yang mampu memenangkan zaman tersebut. Maka dari itu kita harus melakukan rekontekstualisasi gerakan. Dan harapannya dalam kongres ini kita bisa melakukan langkah strategis tersebut," jelas Arief.
Himpunan Mahasiswa Islam menurut Arief secara ideologis tak akan berubah oleh zaman. Ideologis HMI yang Islam Keindonesiaan akan menjadi ideologi yang mampu mengimbangi dan menstabilkan politik maupun sosial secara nasional. Karena HMI lahir tak lama setelah Indonesia merdeka, sehingga HMI akan tetap menjadi salah satu organisasi mahasiswa yang jadi patron terhadap dinamika politik nasional.
"HMI akan tetap menjadi organisasi mahasiswa yang diperhitungkan secara nasional dengan ideologi serta kader dan alumni yang ada. Ada 600 ribu kader serta 6 juta lebih alumni saat ini di Indonesia yang berperan aktif berkontribusi terhadap pembangunan nasional," urainya.
"Himpunan ini akan menjadi wadah penyeimbang dalam semua pertarungan dan persinggungan ideologi dan paham yang ada. Antara nasionalis dan agama, kapitalis dan sosialis, antara yang kecil dan yang besar dan sebagainya. Maka dari itu, dinamika HMI adalah dinamika nasional," tandas Ketua Umum HMI yang akan habis masa jabatan pada November ini.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline