RIAU ONLINE, PEKANBARU - Pemerintah Provinsi Riau optimis naiknya harga gas elpiji 3 kg dan wacana pencabutan subsidi listrik tidak akan memperburuk stabilitas ekonomi masyarakat Riau. Kondisi perekonomian akan cenderung stabil kendati kebutuhan pokok seperti gas dan listrik melonjak.
Demikian dikatakan Asisten II Pemprov, Masperi, Selasa (3/11/2015). Menurutnya harga sawit kini telah berangsur normal kembali. Kenaikan tersebut akan menutupi biaya yang harus ditanggung oleh masyarakat dari kenaikan gas dan listrik.
"Sawit harganya sudah mulai normal. Sekarang sudah jadi Rp900 per kg. Faktor ini akan menyeimbangkan kenaikan harga listrik dan gas. Kecuali jika yang terjadi hanya kenaikan pada kebutuhan tanpa diimbangi dengan kenaikan pada pendapatan, maka perekonomian memang akan terganggu. Ini merupakan sistem subsidi silang. Ketika kebutuhan dinaikkan, pendapatan dinaikkan juga," ungkap Masperi. (BACA JUGA: Camat Diajak Netral Dalam Pilkada Serentak)
Masperi tidak menafikkan jika tak semua masyarakat mampu memiliki kebun sawit. Ia mengakui banyak masyarakat yang lebih lemah perekonomiannya yang juga akan cukup terganggu dengan kenaikan tersebut. Namun menurutnya, sawit menjadi salah satu patokan besar dalam sektor perekonomian masyarakat, maka wajar ia katakan jika satuannya dihitung dari mereka.
"Sawit itu memegang 60 persen. Makanya satu kelompok ini bisa mewakili sebagian besar masyarakat kita yang kebanyakan berkebun ini," sanggahnya.
Mulai kemarin harga gas elpiji telah dinaikkan oleh Disperindag dengan harga satuan eceran dari provinsi sebesar Rp18 ribu. Sedangkan untuk kabupaten dan kota diserahkan masing-masing untuk mengaturnya.
Sementara untuk pencabutan subsidi litrik, kini sedang digulirkan pada masyarakat. Rencananya subsidi langsung listrik ini akan dicabut seluruhnya oleh pemerintah, namun masih dibahas. Jika jadi, pencabutan subsidi litrik ini akan berlaku secara nasional.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline