RIAU ONLINE - Angka serangan jantung di Indonesia tercatat 2 juta kasus per tahun, sedangkan gagal jantung atau henti jantung terdapat 150 ribu kasus per tahun. Hal ini disampaikan oleh Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah lulusan Universitas Indonesia dr. Teuku Istia Muda Perdan, Sp.J.P, FIHA.
Menurut dr Dani, ada sejumlah ciri fisik yang patut diwaspadai dari seseorang yang berisiko terkena serangan jantung mendadak, terutama saat beraktivitas berat seperti olahraga.
“Orang pingsan tiba-tiba nomor satu harus curiga itu kematian jantung mendadak sampai terbukti bukan. Jadi, (orang) harus waspada dengan sekitar,” kata Dani.
Orang yang berisiko serangan jantung juga kerap merasakan nyeri dada yang tidak spesifik, sesak berlebih, cepat lelah dan irama jantung menjadi tidak teratur tanpa penjelasan.
Kondisi seperti hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol juga menjadi salah satu pemicu yang patut diwaspadai, karena menjadi pemicu meningkatnya risiko serangan jantung mendadak.
“Waspada juga kalau ada riwayat keluarga meninggal muda karena jantung berarti kita ada risiko ke sana, dan riwayat kelainan jantung bawaan seperti katup jantung bocor dari lahir,” ungkap Dani.
Bagi orang yang memiliki riwayat penyakit jantung pada keluarga atau sering mengalami tanda fisik seperti pingsan atau nyeri dada, Dani menyarankan untuk melakukan pemeriksaan jantung, baik dengan pemeriksaan laboratorium, maupun rekam jantung.
Serangan jantung terjadi karena aliran darah ke jantung tersumbat sehingga menghentikan pasokan oksigen, yang membuat irama jantung tidak teratur dan akhirnya jantung berhenti bekerja sehingga menyebabkan kematian. (Antara)