RIAUONLINE, PEKANBARU - Jumlah anak yang mengalami stunting gangguan pertumbuhan di Kota Pekanbaru saat ini mencapai 285 kasus. Kondisi tersebut mengalami penurunan dibanding tahun lalu yang mencapai 303 kasus.
"Walau ada penurunan tapi memang masih ada ratusan anak stunting. Kita berupaya agar kasus terus menurun," jelas Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk KB) Pekanbaru, Muhammad Amin, Minggu 11 September 2022.
Pihaknya menyadari pemerintah tidak bisa menekan hingga seratus persen. Namun, pemerintah berupaya menurunkan kasus stunting hingga di bawah 200 kasus. Ia mengatakan, kondisi risiko stunting sudah turun dari 132 ribu menjadi 70 ribu.
Dirinya menyebut bahwa pemerintah pusat menargetkan pada tahun 2024 prevalensi stunting bisa di bawah 14 persen. Sedangkan prevalensi stunting di Kota Pekanbaru sudah di bawah nasional yakni 11,4 persen.
"Maka kita berupaya untuk menekan kasus stunting, upaya ini juga tergantung pada faktor keluarga dan calon pengantin yang hendak membina keluarga," ulasnya.
Amin menyarankan, calon pasangan yang hendak menikah sebaiknya memeriksa kondisi kesehatan. Mereka harus memastikan kondisi tubuh siap untuk hamil agar anaknya tidak berisiko stunting.
Lanjutnya, ada tim pendamping keluarga atau TPK di bawah Disdalduk KB Pekanbaru. Ada sebanyak 981 kader bertugas dari rumah ke rumah sesuai wilayahnya. Ada juga 327 tim yang bekerja memantau ibu hamil hingga balita di bawah dua tahun.
"Bila kita antisipasi dengan baik, untuk tahun depan tentu kasus bisa kita turunkan, ini upaya intensif yang kita lakukan membawa dampak tahun 2023 mendatang," pungkasnya.