Ada Apa dengan Pernyataan Wiranto dan Mabes Polri Asap Riau tak Seperti Diberitakan?

Asap-pekat-riau.jpg
(RIAUONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Seusai kunjungan kerja (Kunker) Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Riau, dua pejabat negara masing-masing Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto serta Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol M Iqbal, memberikan pernyataan sangat menyakitkan bagi warga bumi Lancang Kuning.

Dalam pernyataan kepada media, Wiranto mengatakan, asap Riau telah menyebabkan 300 ribu lebih warga menderita Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), tidaklah separah diberitakan. Pernyataan Wiranto, Rabu, 18 September 2019, di kantor Menko Polhukkam.

Setelah Wiranto, Polri juga mengeluarkan pernyataan sama. Adalah Kadiv Humas Polri, Irjen Pol M Iqbal, menyampaikan apa diucapkan Wiranto, Jumat, 20 September 2019. 

"Saya kebetulan baru kemarin kembali dari Riau, mendampingi Bapak Kapolri dan saya sengaja satu hari di sana. Situasi sebenarnya di Pekanbaru dan sekitarnya, setelah pukul 11.00-12.00 WIB semua clear, langit biru nampak. Artinya tidak seutuhnya benar apa yang disampaikan media," kata mantan Kasatlantas Polresta Pekanbaru, M Iqbal. 

Terang saja pernyataan kedua sosok hanya menghabiskan waktu singkat di Riau kontan sakiti hati masyarakat. Pernyataan justru terkesan menganggap Riau sedang baik-baik saja itu sebuah tindakan tidak pantas.

Padahal, tiga bulan sudah masyarakat Riau terengah-engah menghirup udara sangat tidak sehat hingga berbahaya. Hingga puncaknya, Rabu malam, 18 September 2019, seorang bayi laki-laki berusia 3 hari, bahkan belum memiliki nama, meninggal dunia diduga kuat terpapar asap pekat.



Maulana, mahasiswa perguruan tinggi negeri di Pekanbaru menilai, Wiranto dan Iqbal, tidak perlu membuat sensasi dengan mengeluarkan pernyataan tersebut.

Faktanya, dua pekan sudah sekolah di Pekanbaru dan sejumlah kabupaten lainnya masih diliburkan akibat asap pekat. Fakta lainnya, kata Maulana, setiap hari jutaan masyarakat Riau harus menjalani hari-hari dengan asap bewarna kuning.

Jarak pandang terbatas dan ribuan masyarakat berbondong-bondong membawa anak mereka ke posko kesehatan atau evakuasi ke luar Riau, seperti ke Sumatera Barat, Sumatera Utara, bahkan Pulau Jawa. 

 

"Standar Bapak (Wiranto) mengatakan tidak mengkhawatirkan itu apa Pak? Kami di sini keluar rumah saja takut. Sekolah sudah dua pekan ini libur. Bahkan saya dengar kabar ada bayi meninggal," kata Maulana kepada RIAUONLINE.CO.ID, Jumat, 20 September 2019.

Ia meminta Wiranto dan Polri agar lebih baik fokus upaya penanggulangan dan pemadaman dibandingkan harus mengeluarkan pernyataan justru menambah sakit hati masyarakat Riau.

Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, hari ini, Jumat menyatakan, jarak pandang di Kota Pekanbaru berkisar 600 meter akibat asap kebakaran hutan dan lahan.

Lokasi lebih parah terjadi di Kabupaten Pelalawan hanya menyisakan 400 meter. Sedangkan, dua daerah lainnya, Kota Dumai dan Rengat relatif lebih baik yakni masing-masing 1,5 kilometer dan 1 kilometer.

BMKG juga menyatakan terdapat 151 titik panas yang jadi indikasi karhutla di Riau yang menyebar di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) ada 45 titik, Pelalawan 44 titik, Rokan Hilir (Rohil) 28 titik, Kampar 9 titik, indragiri Hulu (Inhu) 8 titik, Kuansing dan Bengkalis masing-masing 7 titik, Meranti 2 titik, dan Kota Dumai ada satu titik panas.