Taktik Gerilya Hamas Jebak Israel di Gaza

Gedung-di-Jalur-Gaza-dibom.jpg
(REUTERS/Ibraheem Abu Mustafa)

RIAU ONLINE - Hamas tengah dihadapkan perang panjang yang berlarut-larut di Jaluar Gaza, Palestina. Mereka yakin dapat cukup lama menahan kemajuan Israel untuk memaksa musuh bebuyutannya menyetujui gencatan senjata. Demikian disampaikan dua sumber yang dekat dengan pimpinan organisasi tersebut.

Menurut sumber yang menolak disebutkan namanya karena situasi sensitif mengungkap bahwa Hamas yang menguasai Gaza telah menimbun senjata, rudal, makanan dan pasokan medis. Hamas meyakini ribuan anggotanya akan bertahan selama berbulan-bulan di kota dengan terowongan yang dibuat jauh di bawah wilayah kantong Palestna dan membuat pasukan Israel frustasi dengan taktik gerilya perkotaan, kata sumber itu kepada Reuters, sebagaimana dilansir dari VOA Indonesia, Minggu, 5 November 2023.

Ia menyebut Hamas yakin bahwa tekanan internasional kepada Israel untuk mengakhiri pengepuan seiring dengan meningkatnya jumlah korban warga sipil, dapat memaksa dilakukannya gencatan sejata dan penyelesaian yang dinegosiasikan. Diharapkan, kelompok militan itu akan muncul dengan konsesi nyata, seperti pembebasan ribuan tahanan Palestina sebagai ganti sandera Israel.

Kelompok tersebut menjelaskan kepada AS dan Israel melalui negosiasi penyanderaan tidak langsung yang dimediasi Qatar bahwa mereka ingin memaksakan pembebasan tahanan dengan imbalan sandera, menurut empat pejabat Hamas, seorang pejabat regional dan seseorang yang akrab dengan Gedung Putih.

Dalam jangka panjang, Hamas ingin mengakhiri blokade Israel yang sudah berjalan selama 17 tahun di Gaza, dan menghentikan perluasan permukiman Israel, serta segala sesuatu yang dianggap warga Palestina sebagai tindakan keras pasukan keamanan Israel di Masjid al-Aqsa, masjid paling suci bagi umat Islam di Yerussalem.

Sebelumnya pada Kamis 2 November 2023, para pakar PBB menyerukan untuk jeda kemanusiaan di Gaza. Mereka menyebut bahwa warga Palestina di Gaza menghadapi “risiko besar terjadinya genosida.” Banyak ahli melihat krisis ini semakin meningkat, tanpa adanya akhir yang jelas bagi kedua belah pihak.

“Misi untuk menghancurkan Hamas tidak mudah dicapai,” kata Marwan Al-Muasher, mantan menteri luar negeri Yordania dan wakil perdana menteri yang kini bekerja untuk Carnegie Endowment for International Peace di Washington.

"Tidak ada solusi militer terhadap konflik ini. Kita berada dalam masa-masa kelam. Perang ini tidak akan berlangsung singkat,” katanya.

Sejak serangan 7 Oktober 2023, Israel telah mengerahkan senjata udara dalam jumlah besar yang menyebabkan Hamas keluar dari Jalur Gaza. Sebanyak 1.400 warga Israel tewas dan 239 orang disandera.



Jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 9.000 orang, dan kekerasan yang terjadi setiap hari memicu protes di seluruh dunia atas penderitaan lebih dari 2 juta warga Gaza yang terjebak di daerah kantong kecil tersebut. Banyak warga yang harus menjalani kehidupan tanpa air, makanan, atau listrik. Serangan udara Israel menghantam kamp pengungsi yang padat di Gaza pada Selasa, menewaskan sedikitnya 50 warga Palestina dan seorang komandan Hamas.

Sementara, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah untuk memusnahkan Hamas dan menolak seruan gencatan senjata. Para pejabat Israel mengatakan mereka tidak mempunyai bayangan mengenai apa yang mungkin terjadi dan menuduh para militan bersembunyi di belakang warga sipil.

Negara ini telah mempersiapkan diri untuk menghadapi “perang yang panjang dan menyakitkan,” kata Danny Danon, mantan duta besar Israel untuk PBB dan mantan anggota komite urusan luar negeri dan pertahanan Knesset.

“Pada akhirnya kami tahu bahwa kami akan menang dan kami akan mengalahkan Hamas,” katanya kepada Reuters. “Pertanyaannya adalah soal harga, dan kita harus sangat berhati-hati dan sangat berhati-hati serta memahami bahwa ini adalah wilayah perkotaan yang sangat rumit untuk bermanuver.”

AS mengatakan sekarang bukan saat yang tepat untuk melakukan gencatan senjata secara umum. Namun mereka mengatakan jeda perang amat diperlukan untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.

Adeeb Ziadeh, pakar Palestina dalam urusan internasional di Universitas Qatar yang mempelajari Hamas, mengatakan kelompok itu pasti memiliki rencana jangka panjang untuk menindaklanjuti serangannya terhadap Israel.

“Mereka yang melakukan serangan 7 Oktober dengan tingkat kemahiran, tingkat keahlian, presisi dan intensitas seperti ini, pasti sudah mempersiapkan diri untuk pertempuran jangka panjang. Hamas tidak mungkin melakukan serangan seperti itu tanpa persiapan yang matang. dan menggerakkan diri untuk hasilnya,” kata Ziadeh.

Hamas diperkirakan oleh Washington, akan berusaha menghambat pasukan Israel dalam pertempuran jalanan di Gaza dan menimbulkan korban militer yang cukup besar serta dukungan publik Israel terhadap konflik yang berkepanjangan, kata sumber yang mengetahui pemikiran Gedung Putih.

Meski begitu, menurut sumber itu, para pejabat Israel telah menegaskan kepada AS yang juga sekutunya, bahwa mereka siap menghadapi taktik gerilya Hamas serta menahan kritik internasional atas serangan mereka.

Sumber dikelompok tersebut menyebut Hamas memiliki sekitar 40.000 anggota. Mereka dapat bergerak di sekitar daerah kantong menggunakan jaringan terowongan berbenteng yang luas, panjang ratusan kilometer dan kedalaman hingga 80 meter, yang dibangun selama bertahun-tahun.

Menurut warga dan video, militan di Gaza terlihat muncul dari terowongan untuk menembaki tank, lalu menghilang kembali dalam jaringan, pada Kamis 2 November 2023.

Militer Israel mengatakan tentara dari unit teknik tempur khusus Yahalom telah bekerja dengan pasukan lain untuk menemukan dan menghancurkan terowongan, dalam apa yang disebut oleh juru bicaranya sebagai "pertempuran perkotaan yang kompleks" di Gaza.

Hamas telah melancarkan serangkaian perang dengan Israel dalam beberapa dekade terakhir. Ali Baraka, kepala Hubungan Eksternal Hamas yang berbasis di Beirut, mengatakan pihaknya secara bertahap meningkatkan kemampuan militernya, khususnya rudalnya. Pada perang Gaza 2008, roket Hamas memiliki jangkauan maksimum 40 km, tetapi jangkauannya meningkat menjadi 230 km pada konflik 2021, tambahnya.

“Dalam setiap perang, kami mengejutkan Israel dengan sesuatu yang baru,” kata Baraka.

Seorang pejabat yang dekat dengan gerakan Hizbullah Lebanon yang didukung Iran, yang bersekutu dengan Hamas, mengatakan kekuatan tempur kelompok militan Palestina sebagian besar tetap utuh setelah pengeboman selama berminggu-minggu. Hizbullah memiliki ruang operasi militer gabungan di Lebanon dengan Hamas dan faksi sekutu lainnya dalam jaringan regional yang didukung oleh Iran, menurut pejabat Hizbullah dan Hamas.