RIAU ONLINE - Recep Tayyip Erdogan kembali memimpin Turki setelah memenangkan pemilihan putaran kedua pada Minggu, 28 Mei 2023.
Erdogan bahkan telah mendeklarasikan kemenangannya setelah hasil awalnya memberi 53 persen suara, dibandikan dengan 47 persen untik penantangnya Kemal Kilicdaroglu.
“Saya berterima kasih kepada setiap warga negara kita karena sekali lagi telah mempercayai saya dengan tanggung jawab untuk memerintah negara ini selama lima tahun mendatang,” kata Erdogan, yang berupaya untuk berkuasa selama tiga dekade, dikutip dari VOA Indonesia, Senin, 29 Mei 2023.
Erdogan bahkan dianggap sebagai calon unggulan untuk pemungutan suara, setelah secara tipis tidak mencapai kemenangan pada pemilu putaran pertama.
Erdogan maupun Kilicdaroglu dalam rapat umum terakhir pada Sabtu, 27 Mei 2023, mengatakan bahwa jumlah pemilih akan menjadi kunci hasil pemilihan presiden.
Bugra, seorang pemilih yang hanya ingin diidentifikasi dengan nama depannya, mengatakan bahwa demokrasi ada di surat suara.
“Kekuasaan rakyat, republik, ini adalah nilai-nilai yang kami pertahankan di sini. Selama 20 tahun, pemerintah ini hanya berusaha membawa kami ke monarki, mencoba membuat parlemen tidak berfungsi,” katanya.
Erdogan dituduh oleh para pengecam merusak demokrasi, memenjarakan pengecam, dan memusatkan kekuasaan. Di samping itu, Kilicdaroglu pun berjanji untuk mengembalikan Turki ke demokrasi parlementer dan membebaskan tahanan politik terkemuka.
Menariknya, Erdogan justru memainkan kartu nasionalis, menuduh penantangnya lunak terhadap terorisme, dan bersikeras bahwa negara membutuhkan kepemimpinan yang kaut untuk melawan sekutu Barat Turki dan mengatasi tantangan berbahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan yang mencakup Suriah dan Ukraina.
Sikap itu disetujui oleh pemilih lainnya, Yunus Koz.
"Ini sangat penting. Saya seorang Muslim, saya orang Turki, saya sangat mencintai tanah air ini, dan saya ingin tanah air saya tetap berada di tangan Tayyip Erdogan. Sisi lain [Kilicdaroglu], menginginkannya berada di tangan kekuatan imperialis,” kata Koz.
Erdogan meraih suara terbanyak pada putaran pertama. Namun, Kilicdaroglu tetap kompetitif dengan porosnya menuju kebijakan nasionalis garis keras, termasuk seruan untuk memulangkan kembali jutaan pengungsi Suriah.