RIAU ONLINE - Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji kepada mantan Perdana Menteri (PM) Israel, Naftali Bennett, untuk tidak membunuh Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Ketika itu, Bennett menjadi mediator di awal invasi Rusia ke Ukraina.
Bennett menjadi satu dari sedikit pemimpin barat yang bertemu dengan Putin selama berjalannya perang. Ia bertemu Putin pada Maret 2022 lalu.
AP News melaporkan meski menjadi mediator nampaknya Bennett tak banyak membantu untuk mengakhiri invasi. Sebab, serangan masih berlangsung hingga saat ini.
Bennett dalam sebuah wawancara yang diunggah secara online pada Sabtu, 4 Februari 2022, malam, menjelaskan bahwa diplomasi ruang belakang dan upaya mendesak yang sedang dilakukan untuk mencoba membawa konflik ke penyelesaian yang cepat.
Pada wawancara lima jam yang menyentuh banyak topik lain, Bennett mengaku sempat bertanya kepada Putin, apakah dia bermaksud membunuh Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky.
“Saya bertanya 'ada apa dengan ini? Apakah Anda berencana untuk membunuh Zelensky?' Dia (Putin) berkata, 'Saya tidak akan membunuh Zelensky'," kata Bennet dalam wawancara itu, seperti dikutip dari kumparan, Senin, 6 Februari 2023.
"Saya kemudian berkata kepadanya, 'Saya harus paham bahwa Anda berjanji bahwa Anda tidak akan membunuh Zelensky.' Dia berkata, 'Saya, Saya tidak akan membunuh Zelensky'," lanjut Bennet.
Bennett mengatakan dia kemudian menelepon Zelensky untuk memberi tahu tentang janji Putin.
"'Dengar, aku keluar dari rapat, dia tidak akan membunuhmu.' Dia bertanya, 'apakah kamu yakin?' Aku berkata '100% dia tidak akan membunuhmu," kata Bennett.
Selama mediasi, Bennett mengatakan Putin membatalkan sumpahnya untuk mengusahakan pelucutan senjata Ukraina dan Zelensky berjanji untuk tidak bergabung dengan NATO. Belum ada tanggapan soal itu.
Sementara itu, belum ada tanggapan langsung dari Kremlin, yang sebelumnya membantah klaim Ukraina bahwa Rusia berniat membunuh Zelensky.
Menanggapi komentar Bennett dalam wawancaranya yang dilaporkan secara luas, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menulis pada hari Minggu di Twitter bahwa Putin tidak dapat dipercaya.
“Jangan tertipu: Dia ahli pembohong. Setiap kali dia berjanji untuk tidak melakukan sesuatu, itu sudah menjadi bagian dari rencananya," kata Kuleba.
Bennett bahkan dianggap sebagai pemimpin yang belum teruji menjabat sebagai perdana menteri selama lebih dari enam bulan ketika perang pecah, secara tak terduga mendorong dirinya ke dalam diplomasi internasional setelah dia menempatkan Israel di jalan tengah antara Rusia dan Ukraina.
Israel memandang hubungan baiknya dengan Kremlin sebagai hal yang strategis dalam menghadapi ancaman dari Iran, tetapi Israel juga bersekutu dengan negara-negara Barat dan juga berusaha menunjukkan dukungan untuk Ukraina.