RIAU ONLINE - Sebuah granat aktif bersarang di dada seorang tentara Ukraina. Dokter militer Ukraina pun harus bertaruh nyawa untuk mengeluarkan granat tersebut. Granat aktif itu sewaktu-waktu meledak jika terjadi kesalahan dalam proses mengeluarkannya.
Kabar ini diungkap Wakil Menteri Pertahanan Ukraini, Hanna Maliar. Maliar mengunggah gambar sinar-X di akun Facebook-nya pada Senin, 9 Januari 2023, memperlihatkan sebuah granat aktif yang belum meledak bersarang di dalam dada seorang tentara Ukraina.
“Dokter militer melakukan operasi untuk mengeluarkan granat VOG yang tidak meledak dari tubuh prajurit,” tulis Maliar di Facebook, dikutip dari kumparan, Jumat, 20 Januari 2023.
Operasi berbahaya itu dilakukan oleh Andrii Verba, seroang ahli bedah paling berpengalaman di angkatan militer Ukraina. Operasi dibantu dua sappers atau insinyur tempur untuk melindungi staf medis dan memastikan operasi dilakukan dengan aman.
Miliar juga mengunggah granat yang sudah berhasil dikeluarkan dari tubuh prajurit tersebut. Grana VOG memiliki panjang sekitar 4 cm dan dapat diledakkan dari jarak 400 meter.
Selama proses operasi, dokter tidak menggunakan elektorkoagulasi, yakni metode untuk mengontrol pendarahan yang dilakukan menggunakan arus listrik untuk membakar tepi pembuluh darah, membakar luka atau sayatan. Ini karena dokter khawatir arus listrik dapat memicu ledakan granat.
“Bagian granat yang tidak meledak diambil dari bawah jantung. Beruntung tidak meledak,” tulis Anton Gerashchenko, penasihat menteri urusan dalam negeri Ukraina, sebagaimana dimuat di laman Live Science.
Setelah granat berhasil dikeluarkan, pasien yang berusia 28 tahun itu dirawat guna pemulihan lebih lanjut.
“Belum pernah ada operasi seperti itu dalam praktik dokter kami,” lanjut Gerashchenko.
Operasi mengeluarkan granat aktif di tubuh tentara mungkin menjadi yang pertama dilakukan di Ukraina dan Rusia. Namun, operasi yang sama pernah terjadi di belahan negara lain.
Sebuah studi yang terbit di jurnal Military Medicine pada 1999 menyebutkan data militer AS pernah mencatat 36 kasus senjata aktif yang bersarang di tubuh manusia dan berpotensi meledak. Kebanyakan terjadi saat Perang Dunia II. Empat orang pasien dilaporkan meninggal dunia sebelum operasi dilakukan, sementara 32 orang lainnya berhasil diselamatkan.
Granat aktif juga pernah dikeluarkan tim dokter militer AS di Afghanistan dari perut seorang prajurit pada 2006. Pada 2004, dokter mengeluarkan amunisi yang berpotensi meledak dari kepala seorang wanita hamil berusia 23 tahun di Afghanistan. Program Joint Trauma System dari Departemen Pertahanan AS bahkan memiliki pedoman resmi tentang tata cara menangani kasus amunisi yang bersarang di tubuh manusia.