Jokowi Bakal ke Rusia dan Ukraina, Akankah Perang Dihentikan?

Putin-dan-Jokowi.jpg
(Via liputan6.com/Host Photo Agency/AFP)


RIAUONLINE - Presiden Joko Widodo berencana mengunjungi Rusia dan Ukraina untuk membahas kemungkinan diakhirinya perang dan mendorong perdamaian antara kedua negara itu. Jokowi akan bertemua dengan Presiden Vladimir Putin dan Presiden Volodymyr Zelenskyy.

Demikian disampaikan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi, Rabu, 22 Juni 2022. Retno menegaskan, Jokowi akan menjadi pemimpian Asia pertama yang melawat ke Kyiv dan Moskow setelah Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada Februari 2022.

"Kunjungan Presiden ini menunjukkan kepedulian terhadap isu kemanusiaan, mencoba memberikan kontribusi untuk menangani krisis pangan yang diakibatkan perang dan dampaknya dirasakan oleh semua negara, terutama negara berkembang dan negara dengan penghasilan rendah, dan terus mendorong semangat perdamaian," kata Retno, melansir VOA Indonesia, Jumat, 24 Juni 2022.

Namun, Menlu belum menyebut jadwal kunjung Jokowi ke Moskow dan Kyiv tersebut. Namun ia menambahkan kunjungan ke Rusia dan Ukraina itu dilakukan dalam konteks Indonesia sebagai Presiden G20 yang memilih untuk mencoba berkontribusi dan tidak memilih untuk diam

Retno menjelaskan perang Ukraina telah memberikan dampak buruk yang meluas ke seluruh dunia dan menyebabkan terjadinya krisis pangan, energi, dan keuangan. Ketiga krisis ini harus segera ditangani oleh dunia agar tidak terus memburuk.

Menurutnya, Rusia dan Ukraina memiliki posisi penting dalam rantai pasok pangan dan energi global. Retno menyebutkan kedua negara itu merupakan penghasil 30 persen dari total kebutuhan tepung gandum dunia, 20 persen jagung, dan 50 persen minyak bunga matahari.



Berdasarkan catatan organisasi pangan dan pertanian PBB atau FAO, lanjut Retno, indeks pangan global meningkat hingga 16,08 persen pada bulan lalu ketimbang Januari, sebelum perang Ukraina meletup. Kenaikan ini dipicu oleh naiknya harga komoditas pangan dunia dibandingkan Januari 2022. Harga daging naik 8,83 persen, produk susu (lebih dari 6,7 persen), sereal (18,28 persen), minyak nabati (lebih dari 23 persen), dan harga gula naik lebih dari enam persen.

Menanggapi rencana lawatan Jokowi ke Rusia dan Ukraina, peneliti hubungan internasional dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nanto Sriyanto menilai kunjungan Jokowi ke kedua negara tersebut tidak akan berdampak langsung terhadap beragam upaya untuk menyelesaikan perang. Namun, dia menegaskan lawatan Jokowi itu merupakan bentuk perhatian dan sinyal penting Indonesia dalam berdiplomasi.

"Dalam hal ini saya cukup skeptis karena melihat dalam kapasitas untuk menjadi mediator akan terlihat kurang kapasitasnya, terlebih bila dilakukan sendiri. Untuk itu, Indonesia perlu bukan hanya secara langsung minta kedua belah pihak untuk menghentikan (perang), tetapi Indonesia Indonesia perlu membangun koalisi untuk memberikan tawaran-tawaran perdamaian," ujar Nanto

Untuk itu, tegasnya, usaha mediasi tersebut harus dibarengi dengan peningkatan posisi tawar Indonesia sebagai mediator.

Sementara itu, pendiri Synergy Policies Dinna Prapto Raharja, berharap Jokowi nanti bisa memecah kebuntuan yang sampai saat ini masih terjadi. Selain itu, menurutnya penting juga bagi Jokowi untuk bertemu dengan Volodymyr Zelenskyy, dan juga dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden untuk membuka ruang diskusi atau dialog yang diharapkan bisa memecah ketegangan yang terjadi.

Lebih jauh Dinna menjelaskan Presiden Jokowi juga harus bisa menjelaskan kepada Putin bahwa yang paling dirugikan dari peperangan ini adalah negara-negara berkembang. Menurutnya, pembahasan tersebut harus disampaikan oleh Jokowi dengan bahasa yang bisa diterima oleh semua pihak.

Jadi mungkin kalau kita yang bicara, dari pihak Indonesia menjelaskan bahwa konsekuensinya itu jauh lebih banyak negatif untuk negara-negara berkembang, maka mereka bisa lebih menimbang dengan lebih cermat langkah mereka,” katanya.

Dengan demikian maka pembicaraan dengan kepala negara tersebut lebih berfokus pada mencari solusi, yaitu bagaimana mengurangi dampak negatif dan menghentikan kekerasan serta korban jiwa yang terus bertambah, termasuk pengungsi.