Sungguh Menyakitkan, Ruby Cuma Bisa Tidur 3 Jam Setiap Hari

Natasha-Wilona.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, LONDON-Ruby Chamberlain tak bisa merasakan nikmatnya tidur di malam hari. karena menderita penyakit langka, dia hanya bisa tidur paling lama 30 menit setiap hari.

Ya, disebut mengidap penyakit langka, yakni Complex Regional Pain Syndrome (CRPS). Kondisi ini membuat sekujur tubuhnya terasa nyeri hingga sulit tidur

CPRS merupakan penyakit kronis yang menyerang lengan dan kaki, biasanya disebabkan cedera, setelah operasi, stroke, atau serangan jantung.

"Complex Regional Pain Syndrome adalah kondisi nyeri yang tidak umum dan hal yang paling menyakitkan adalah mengetahui bahwa kebanyakan dokter tidak mengetahui hal itu," ungkap Ruby, dikutip dari Metro via Hops.id---jaringan Suara.com.

Ruby bercerita, dirinya mengalami cedera saat berumur 11 tahun. Dia kemudian menjalani terapi di Institute of Sport and Exercise Medicine selama setahun tapi hasilnya nihil.

Nyeri yang dirasakan justru semakin menjadi. Sekujur tubuhnya bahkan bisa kesakitan walau cuma kena gesekan selimut atau terpaan angin.

"Sangat menyiksa," tuturnya.

Nyeri tersebut dimulai dari kaki kiri, lalu secara bertahap menyebar ke seluruh tubuh bagian bawah. Dia bahkan jadi tak bisa berdiri tanpa bantuan.



Ruby juga tidak pernah bisa bertahan tidur lebih dari 30 menit setiap hari. Dokter bilang, kondisi tersebut terjadi karena otak Ruby selalu dalam mode siaga karena sakit yang tidak mereda.

"Jadi saya tidak pernah benar-benar tidur," ujar dia.

Penyakit langka itu juga membuatnya menjadi sangat sensitif dan rapuh. Kulitnya gampang terluka, bahkan saat dia mandi untuk membersihkan diri.

"Kulit di sekitar lengan, pergelangan tangan, tangan dan jari saya menjadi sensitif terhadap angin. Mandi adalah perjuangan dan saya kelelahan akibat kurang tidur karena rasa sakit yang saya alami," keluh Ruby.

Ruby sendiri sudah menjadi lebih dari 100 perawatan, termasuk fisioterapi hingga konsumsi obat penghilang rasa sakit dengan dosis tinggi tapi tidak berhasil.

Titik terang muncul setelah 11 tahun. Baru-baru ini, Ruby menerima donasi 35 ribu euro atau hampir Rp600 juta, lalu disarankan menjalani operasi stimulasi sumsum tulang belakang.


Sebuah alat khusus juga ditanam di pergelangan tangan Ruby. Cara kerjanya mirip alat pacu jantung. Alat tersebut akan terhubung ke elektroda di tulang belakang dan membantu memblokir rasa sakit masuk ke otak.

Ruby bilang, "Ketika nyeri hebat muncul, saya cukup menekan tombolnya untuk meringankan rasa sakitnya."

"Tahun lalu saya mengalami kejang setiap hari yang berlangsung selama berjam-jam. Saya tak bisa tidur lebih dari setengah jam sehingga saya tak pernah benar-benar tidur."

"Kini saya seorang wanita baru! Tingkat rasa sakit saya turun 80 persen dan saya melakukan yoga serta menyelesaikan gelar ekonomi saya," lanjut Ruby dengan begitu bahagia.

Ruby merasa tubuhnya telah menjadi jauh lebih kuat. Dia juga merasa bahagia karena bisa tidur nyenyak.

"Luar biasa. Ini memungkinkan saya untuk mulai berjalan lagi di mana itu merupakan harapan terbesar saya, dan saya bisa duduk berjam-jam. Ini sepenuhnya mengubah hidup saya," kata dia kemudian. Artikel ini sudah terbit di Suara.com