Derek Chauvin, Polisi Pembunuh Flyod Punya Segudang Catatan Buruk/GeorgeFlyod dan Derek Chauvin/New York Post]
(New York Post])
RIAU ONLINE, MINNESOTA-Derek Chauvin, mantan polisi Minneapolis yang membunuh pria kulit hitam George Floyd, Derek Chauvin, memiliki segudang aduan masyarakat selama 19 tahun jsdi polisi. Dia juga pernah menembaku dua orang. Informsi itu didapat dari laporan The Mercury News, 30 Mei 2020.
Derek Chauvin, 44 tahun, menjadi fokus protes skala besar dan pusat penyelidikan federal setelah ia terlihat dalam rekaman video ponsel berlutut di leher George Floyd, 46 tahun, seorang pria kulit hitam AS, selama hampir delapan menit pada Senin sore selama penangkapannya di Minneapolis Selatan.
Floyd yang ditangkap karena dugaan membelanjakan uang palsu, diborgol dan meringis dirinya tidak bisa bernapas saat dicekik lutut. Dia dinyatakan meninggal malam itu di Pusat Medis Hennepin County, menurut New York Times.
Mantan perwira polisi Minneapolis, yang telah didakwa atas kematian George Floyd, menekan leher Floyd dengan lutut selama hampir sembilan menit, termasuk selama dua menit dan 53 detik setelah Floyd tidak responsif, menurut sebuah dokumen yang dirilis oleh jaksa penuntut pada hari Jumat.
Dokumen itu digunakan untuk mendukung dakwaan pembunuhan tingkat tiga dan pembunuhan berencana tingkat dua terhadap Derek Chauvin. Dakwaan ini mengancam Derek dengan hukuman gabungan maksimal 35 tahun penjara.
Chauvin, belum berbicara secara terbuka sejak kematian Floyd dan pengacaranya tidak menanggapi permintaan komentar. Dia dan tiga petugas lainnya yang terlibat dalam penangkapan Floyd dipecat pada Selasa.
Menurut Mercury News, catatan dewan kota Minneapolis menunjukkan bahwa Chauvin pernah bekerja sebagai penjaga di sebuah klub malam Latin di pusat kota. Dia berada di antara sekelompok enam petugas yang menembaki seorang tersangka penikam pada 2006 setelah pengejaran yang berakhir ketika tersangka menodong shotgun ke arah mereka. Tersangka, Wayne Reyes, ditembak beberapa kali dan meninggal. Juri pengadilan memutuskan bahwa penembakan oleh Floyd dibenarkan.
Dua tahun kemudian, Chauvin menembak Ira Latrell Toles ketika ia merespons aduan perselisihan rumah tangga.
Menurut keterangan Pioneer Press tentang insiden itu, seorang operator 911 menerima telepon dari sebuah apartemen dan mendengar seorang perempuan berteriak agar seseorang berhenti memukulnya. Chauvin dan petugas lainnya tiba tepat ketika Toles mengunci diri di kamar mandi. Chauvin memaksa masuk ke kamar mandi. Toles berusaha merebut pistol Chauvin dan Chauvin menembaknya dua kali di perut. Toles selamat dan didakwa dengan dua tuduhan kejahatan.
Toles mengatakan kepada Daily Beast bahwa ibu dari anaknya menelepon polisi malam itu dan dia melarikan diri ke kamar mandi setelah petugas mendobrak pintu apartemen. Chauvin kemudian mendobrak pintu kamar mandi dan mulai memukulnya tanpa peringatan. Dia mengatakan dia melawan balik untuk membela diri dan bingung untuk mengambil senjata Chauvin.
Toles mengatakan dia akhirnya mengaku bersalah atas tuduhan pelanggaran ringan dan masih merasa sakit dari penembakan itu.
Catatan kota online juga menunjukkan bahwa 17 pengaduan telah diajukan terhadap Chauvin. Enam belas keluhan ditutup tanpa tindakan disiplin. Sementara aduan yang tersisa mengahasilkan dua surat teguran, dengan satu tampaknya terkait dengan penggunaan kamera dashboard mobil polisi. Catatan tidak menyertakan rincian tentang substansi pengaduan.
Dua polisi terlihat menggiring George Floyd dalam keadaan diborgol sebelum pingsan akibat tercekik pada Senin, 26 Mei 2020. Kepolisian telah memecat empat polisi yang terlibat dalam penangkapan tersebut, yaitu Derek Chauvin, Thomas Lane, Tou Thao dan J Alexander Kueng. Instagram/@Cbsnews
Chauvin juga berada di antara sekelompok lima petugas polisi pada 2011 yang mengejar seorang Indian Amerika, Leroy Martinez, di sebuah kompleks perumahan setelah mereka melihatnya berlari dengan pistol. Salah satu petugas, Terry Nutter, menembak Martinez di badan. Martinez selamat. Semua petugas diskors tetapi dibebaskan dari kesalahan, dengan Kepala Polisi Timothy Dolan mengatakan mereka bertindak "dengan tepat dan berani."
Sisi Chauvin yang jauh berbeda digambarkan dalam profil surat kabar 2018 tentang istrinya, Kellie, seorang pengungsi Laos yang menjadi perempuan Hmong pertama dalam kontes kecanitkan Mrs. Minnesota. Dia mengatakan kepada Pioneer Press bahwa mereka bertemu ketika dia menurunkan seorang tersangka di rumah sakit Minneapolis tempat dia bekerja.
"Di balik seragam itu, dia hanyalah pria yang lembut," katanya. "Dia pria yang sangat baik. Dia masih membuka pintu untuk saya, masih mengenakan mantel untuk saya. Setelah perceraian saya, saya memiliki daftar yang harus dimiliki pria jika saya ingin menjalin hubungan, dan dia cocok dengan syarat saya semua."
Tidak banyak yang diketahui tentang tiga petugas lainnya yang terlibat dalam penangkapan Floyd.
Catatan pengadilan online menunjukkan bahwa petugas yang berjaga di tempat kejadian saat penangkapan George Floyd, Tou Thao, digugat di pengadilan federal pada 2017 karena dituduh mengerahkan wewenang berlebihan. Menurut gugatan, Lamar Ferguson mengklaim Thao dan rekannya menghentikannya saat ia berjalan ke rumah pacarnya pada 2014 tanpa alasan dan memukulinya.
Catatan kota menunjukkan enam pengaduan telah diajukan terhadap Thao. Lima ditutup tanpa tindakan disiplin. Satu tetap terbuka. Catatan tidak menyertakan rincian lebih lanjut.
Suasana penghormatan atas kematian pria keturunan Afrika-Amerika, George Floyd di Minneapolis, Minnesota, AS, 28 Mei 2020. Kematian Floyd oleh seorang polisi atas kejahatan Floyd yang belum bisa dibuktikan itu menimbulkan kemarahan warga AS. REUTERS/Carlos Barria
Polisi lain bernama Thomas Lane bergabung dengan pasukan kepolisian sebagai kadet pada Maret 2019, menurut catatan kota online. Tidak ada informasi tentang riwayat tentang polisi lain bernama J. Alexander Kueng. Catatan kota tidak menunjukkan keluhan terhadap mereka. Pengacara untuk Thao dan Kueng tidak membalas pesan. Pengacara Thomas Lane, Earl Grey, menolak berkomentar.
Menurut New York Times, dakwaan yang dihadapi Chauvin mirip dengan kasus fatal lainnya yang melibatkan seorang perwira polisi Minneapolis, Mohamed Noor, yang dihukum pada tahun 2017 karena menembak mati seorang perempuan yang tidak bersenjata, Justine Ruszczyk.
Pembunuhan tingkat ketiga tidak memerlukan niat untuk membunuh, menurut undang-undang Minnesota, hanya bahwa pelaku menyebabkan kematian seseorang dalam tindakan berbahaya "tanpa memperhatikan kehidupan manusia." Pembunuhan tingkat dua menuntut jaksa penuntut untuk membuktikan bahwa Derek Chauvin begitu lalai untuk menciptakan "risiko yang tidak masuk akal", dan secara sadar mengambil kesempatan bahwa tindakannya akan menyebabkan George Floyd terluka parah atau meninggal. Artikel ini sudah terbit di Tempo