RIAU ONLINE - Banyak hal masih bergelayut dan tanda tanya mengenai muslim etnis Rohingya di Rakhine, Myanmar. Siapa mereka, dan kenapa mereka dibantai di negeri telah mereka huni ratusan tahun serta tanpa kewarganegaraan di negara dulunya bernama Burma tersebut.
Lalu, seperti apa Muslim Etnis Rohingya tersebut? Apa yang perlu Anda ketahui tentang mereka dan konflik hingga kini belum juga berakhir.
Berikut kami sari dan sajikan seputar Muslim Etnis Rohingya dilansir dari dw.com:
Siapakah Rohingya?
Rohingya adalah etnis minoritas di Myanmar, dulu Burma atau Birma. Mereka hidup terutama di negara bagian barat Rakhine. Mereka tidak secara resmi diakui oleh pemerintah sebagai warga negara dan selama beberapa dasawarsa mayoritas Buddha di negara itu dituding berbagai kalangan telah melakukan diskriminasi dan kekerasan terhadap mereka.
Baca Juga:
Hanya Jenderal Militer Inilah Bisa Hentikan Militer Lakukan Genosida Etnis Rohingya Di Myanmar
Myanmar Sahkan 4 UU Anti-Islam
Ribuan orang Rohingya dari Myanmar dan Bangladesh melarikan diri dari negara setiap tahunnya, dalam keadaan putus asa ke negara-negara mayoritas Muslim seperti Bangladesh, Malaysia dan Indonesia.
Pelarian Kaum Terbuang
Sering disebut sebagai minoritas paling teraniaya di dunia, eksistensi Rohingya di Myanmar ibarat bertepuk sebelah tangan. Mereka tidak diakui sebagai warga negara, tidak punya hak sipil dan terjajah di tanah sendiri. Hingga kini ratusan ribu kaum Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh, Thailand, Malaysia dan Indonesia.
Pembantaian di Arakan
Ketegangan etnis di Rakhine meruncing setelah Inggris mempersenjatai kelompok muslim Rohingya untuk melawan pasukan Jepang selama Perang Dunia II. Celakanya, pasukan diberi nama Chittagonian V Force itu lebih banyak meneror warga pribumi beragama Buddha yang cendrung mendukung Jepang. Puncaknya terjadi pada 1942 ketika warga Buddha terlibat saling bantai dengan gerilayawan Rohingya.
Warisan Kolonialisme
Konflik antara etnis di Myanmar adalah warisan era kolonialisme. Sejak Inggris menduduki kawasan Arakan alias Rakhine 1825, ratusan ribu kaum muslim Bangali diangkut ke Rakhine untuk bekerja. Inggris juga membangun sistem Zamindari yang mengizinkan tuan tanah asal Bangladesh menduduki lahan-lahan milik masyarakat pribumi.
"Buruh Ilegal"
Membanjirnya buruh migran asal Chittagong mendorong pertumbuhan perekonomian kolonial di Rakhine. Namun masyarakat pribumi kian tersisih. Sejahrawan mencatat, saat itu mayoritas Buddha di Rakhine meyakini lahan dan lapangan kerja buat mereka dirampas oleh "kaum pendatang ilegal."
Mengapa Rohingya tidak memiliki kewarganegaraan?
Setelah kemerdekaan, Myanmar tahun 1948 menetapkan Undang-Undang kewarganegaraan yang tidak mencantumkan Rohingya sebagai etnis diakui negara. Buntutnya etnis minoritas itu tidak mendapat kewarganegaraan dan semakin rentan terhadap diskriminasi.
Klik Juga:
Saat Mengungsi, Tentara Myanmar Kepung Dan Serang Muslim Rohingnya
Biksu Ini Jadi Lawan Biksu Buddha Ashin Wirathu
Sekitar 10 persen orang tanpa kewarganegaraan di dunia tinggal di Myanmar dan Rohingya. Sekitar 1,1 juta jiwa imigran ilegal kini berada di Bangladesh. Pemerintah Myanmar mengatakan, mereka siap memberikan kewarganegaraan Muslim Rohingya, jika etnis ini mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Bengali. Rohingya keberatan.
Pada 2014, PBB menyambut reformasi politik dan ekonomi di Myanmar namun menyatakan "keprihatinan serius" atas penderitaan masyarakat Rohingya dan menuntut "kewarganegaraan penuh untuk minoritas Rohingya" dan mendesak agar mereka punya akses yang sama terhadap semua layanan negara. Myanmar, sejauh ini masih menolak memberikan kewarganegaraan kepada Rohingya.
Mengapa pemenang Nobel Perdamaian, Suu Kyi, 'diam' atas nasib Rohingya?
Suu Kyi menghadapi dilema. Sebagai ikon hak asasi manusia (HAM), tugasnya meningkatkan suaranya guna mendukung Rohingya dan mencela tindakan pemerintah serta mayoritas umat Buddha. Tapi Suu Kyi, pemimpin de facto Myanmar, tidak ingin kehilangan dukungan dari mayoritas umat Buddha karena menaikkan suaranya untuk mendukung Rohingya.
Apakah latar belakang konflik Rohingya?
Persepsi umum tentang konflik Rohingya di Myanmar adalah masalah agama. Namun beberapa analis mengatakan krisis tersebut lebih didorong secara politis dan ekonomi. Siegfried O. Wolf, direktur penelitian di Forum Demokrasi Asia Selatan (SADF) mengatakan, ada aspek ekonomi dan politik untuk masalah ini juga.
Petaka di Negeri Jiran
Situasi di negara bagian Rakhine kian runyam menyusul Perang Kemerdekaan Bangladesh 1971, mendorong eksodus pengungsi ke Myanmar. Tahun 1975, Duta Besar Bangladesh di Myanmar, Khwaja Mohammed Kaiser, mengakui ada sekitar 500 ribu pengungsi Bangladesh melarikan diri ke Rakhine.
Arus Balik
Negosiasi pemulangan pengungsi Bangladesh berlangsung alot antara dua pemerintah. Bangladesh ironisnya menolak mengakui sekitar 200 ribu pengungsi telah dipulangkan Myanmar. Setelah melewati perundingan panjang, Myanmar setuju menampung para pengungsi tersebut. Proses pemulangan pengungsi pada dekade 1990-an berada di bawah pengawasan PBB itu berlangsung brutal.
Genosida di Pelupuk Mata
Proses rekonsiliasi antara etnis Rohingya dan mayoritas Buddha di Rakhine berakhir pahit menyusul kerusuhan 2012. Dipicu pemerkosaan dan pembunuhan perempuan Rakhine oleh tiga pria muslim, lalu mendapat reaksi dari mayoritas warga beragama Buddha melakukan penyisiran kawasan muslim serta membantai 200 penduduk Rohingya. Lebih dari 100 ribu terpaksa mengungsi dan kebencian terhadap etnis Rohingya semakin membara di Myanmar.
Bedil Menyalak
Jurang antara mayoritas di Myanmar dengan minoritas muslim melebar seiring perang kemerdekaan dilancarkan kaum radikal Islam. Berbagai kelompok, antara lain Rohingya Solidarity Organisation (RSO), mengimpikan negara Islam tanpa kaum Buddha Myanmar. November 2016 silam sekitar 69 gerilayawan separatis Rohingya dan 17 aparat keamanan Myanmar tewas dalam aksi baku tembak di utara Rakhine
Bagaimana laporan komisi penasihat Rakhine?
Komisi Penasehat Rakhine yang dipimpin mantan sekjen PBB, Koffi Annan mencatat hambatan terbesar untuk perdamaian di Rakhine adalah masalah kewarganegaraan. Komisi itu meminta pemerintah Myanmar untuk "menetapkan strategi dan garis waktu yang jelas untuk proses verifikasi kewarganegaraan." Selain itu, pihak berwenang harus mengklarifikasi status orang-orang yang kewarganegaraannya belum diterima.
Bagaimana kekerasan berlanjut?
Oktober 2016, militan Rohingya menyerang beberapa pos pemeriksaan keamanan dan membunuh sejumlah petugas polisi. Pasukan keamanan Myanmar kemudian meluncurkan operasi kontra-terorisme melawan gerilyawan. Kelompok HAM seperti Human Rights Watch dan Amnesty International menuding operasi ini melibatkan pembunuhan, pemerkosaan sistematis, pembakaran rumah dan pengungsian penduduk setempat.
Kapan gelombang baru kekerasan meletus?
25 Agustus 2017, kekerasan pecah di Rakhine ketika sekitar 100 gerilyawan Muslim bersenjata menyerang petugas keamanan di perbatasan dengan Bangladesh. Pasukan keamanan Myanmar dan minoritas Muslim Rohingya saling tuduh. Desa-desa dibakar dan terjadi pembunuhan massal. Hampir 400 orang tewas, sebagian besar dari mereka adalah gerilyawan.
Mengapa Bangladesh mengambil garis keras terhadap Rohingya?
Sekitar 150 ribuan warga etnis Rohingya yang tinggal di kamp-kamp di Bangladesh, kebanyakan dalam kondisi kumuh. Namun semakin banyak pengungsi baru tiba.
Lihat Juga:
Tindas Muslim Rohingya, Dalai Lama: Biksu Dan Suu Kyi Jangan Diam
Myanmar Diduga Tujuan Jihad Kelompok Ekstremis Indonesia. Benarkah?
Banyak pengungsi terdampar di Sungai Naf sepanjang perbatasan. Pihak berwenang Bangladesh mencegat, menahan dan memaksa warga sipil Rohingya kembali ke Myanmar, meskipun pertempuran sedang berlangsung antara pasukan keamanan Myanmar dan milisi Rohingya.
Apakah Rohingya menjadi radikal?
International Crisis Group (ICG): Rohingya menyerang penjaga perbatasan Myanmar Oktober 2016 memiliki hubungan dengan Harakah al-Yakin (HaY), bertalian dengan Arab Saudi dan Pakistan. ICG mengatakan milisi Pakistan dan Afghanistan melatih penduduk desa Rakhine selama dua tahun sebelum serangan Oktober 2016. Kelompok ISIS menyerukan jihad melawan pihak berwenang dan mayoritas umat Buddha
Bagaimana negara-negara tetangga Myanmar bereaksi terhadap konflik?
Indonesia dan Bangladesh telah meminta masyarakat internasional mengambil tindakan. Beberapa demonstrasi telah dilakukan di Malaysia dan Indonesia terhadap dugaan "genosida Rohingya" di Myanmar. Selama beberapa tahun terakhir, perlakuan terhadap Rohingya juga menjadi isu utama di dunia Islam.
Apakah Myanmar melakukan genosida Rohingya?
Sejarawan Boris Barth menyebutkan: istilah "genosida" harus digunakan dengan hati-hati: "Saya hanya akan menggunakannya jika jelas bahwa pemerintah bermaksud untuk melenyapkan sekelompok orang, atau bagian darinya."
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline