Di Mesjid Ini, Perempuan Bisa Jadi Imam Salat Lima Waktu

Jemaah-Mesjid-QalBu-Maryam.jpg
(VOAINDONESIA.COM/DOK)

RIAU ONLINE - Sudah 10 tahun Rabi'a Keeble masuk Islam. Selama ini, ia selalu salat di belakang laki-laki atau terpisah. Kini, Keeble memimpin sebuah masjid baru Berkeley, California, Amerika Serikat, dengan memperbolehkan jemaah laki-laki dan perempuan salat bersama, campur jadi satu, tak dibedakan depan dan belakang.

Sudah lama menjadi tradisi umat Islam bahwa pria dan wanita shalat secara terpisah, terkadang di berbagai bagian ruangan yang sama, terkadang di ruangan yang berbeda atau di satu ruangan yang disekat pemisah.

Sebagai seorang mualaf, Keeble menerima kepercayaan dan tradisi Muslim, namun kemudian ia frustrasi. Ia ingin bisa melihat Imam ketika melakukan salat, bukan berada di ruangan terpisah.

Baca Juga: Alhamdulillah, Tahanan Ini Jadi Mualaf Usai Saksikan Rekan Satu Sel Salat

"Sebagai orang cerdas dan pemikir, setelah beberapa waktu, saya mulai melihat sepertinya ada ketidakseimbangan dalam kebiasaan itu," ujar Keeble dilansir dari VOA Indonesia. 

Masjid Qal'Bu Maryam, dibuka pada April 2017 ini merupakan masjid kedua di California dipimpin perempuan. Satu di Los Angeles, dibuka dua tahun lalu, hanya untuk Muslimah.

Rabi'ah Keebl



RABI'AH Keebl, muslimah Amerika Serikat sudah 10 tahun menganut Islam, menjadi imam Mesjid Qal’Bu Maryam, di Berkeley, California, Amerika Serikat.

Pada hari Jumat, baru-baru ini, pria dan wanita melepas sepatu mereka sebelum salat. Hussam Mousa kelahiran Mesir, seorang insinyur perangkat lunak, melakukan perjalanan dari San Francisco, saat istirahat makan siang.

Mousa tadinya taat beribadah mengatakan, ia berhenti pergi ke masjid setelah kelahiran putrinya 11 tahun lalu, sekarang sudah dua kali berturut-turut salat di masjid Qal'Bu Maryam.

Ia ingin membawa putrinya ke masjid di Berkeley untuk menunjukkan kepada putrinya itu "sebuah gaya baru" tersebut. “Kita bisa mempertahankan ajaran serta budaya agama kita di tempat dan lingkungan di mana kita setara. Tidak hanya terpisah, tetapi setara," tutur Mousa.

Bagi Saleemah Jones, sudah lama menjadi Muslim, pemisahan antara pria dan wanita pada waktu salat tidak pernah menjadi masalah. Tetapi, ada sesuatu tentang Mesjid Berkeley menimbulkan rasa ingin tahunya, sesuatu menggelitiknya.

Klik Juga: Subhanallah, Ibu Ini Salat Zuhur Di Halte Bus Transmetro Pekanbaru Saat Penumpang Ramai

Pada hari ini, ia bisa bertindak sebagai Imam Salat. Jones seorang pengacara mengatakan, "Saya belum pernah ke masjid di mana seorang wanita bertindak sebagai Imam, begitu pula tidak pernah berfikir bahwa saya akan pernah bertindak sebagai Imam salat. Ini memberi kita perasaan memberdayakan. Anda tahu kita bisa melakukan apa saja,"

Meskipun cara salat di masjid ini mungkin tidak untuk semua orang, jamaah hadir mengatakan, mereka merasa lebih dekat kepada Tuhan melalui pendekatan yang tidak konvensional ini.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline