RIAU ONLINE - Berita-berita yang tak tahu kebenarannya dan darimana asal sumbernya dengan menyuarakan kabar bohong alias hoax, ternyata bukan saat sekarang saja meresahkan.
Bahkan di masa lalu, berita-berita bohong tersebut justru memicu perang hingga ratusan, bahkan ribuan nyawa melayang begitu saja. Tak hanya perang, kabar bohong tersebut juga mampu menggulingkan pemerintahan dan memecah belah satu bangsa.
Kabar bohong kembali mengalami kebangkitan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Pada hakikatnya, berita palsu marak di media-media sosial saat ini tidak berbeda dengan propaganda hitam disebar buat memicu perang dan kebencian pada abad silam.
Baca Juga: IMF Dan Amerika Serikat Dibalik Jatuhnya Soeharto
Fenomena itu mengandalkan jumlah massa untuk membumikan sebuah kebohongan. Karena semakin banyak percaya, semakin nyata juga sebuah berita. Kabar bohong alias Hoax sejak lama ikut menggerakkan sejarah peradaban manusia. Inilah kisahnya disarikan dari dw.com:
1. Oplah Berganda buat Hearst
Pada 1889, pengusaha AS, William Hearst, ingin agar negaranya mengobarkan perang terhadap Spanyol di Amerika Selatan. Untuk itu, ia memanfaatkan surat kabarnya, Morning Journal, buat menyebar kabar bohong dan menyeret opini publik, antara lain tentang serdadu Spanyol menelanjangi perempuan AS. Hearst mengintip peluang bisnis. Karena sejak perang berkecamuk, oplah Morning Journal berlipat ganda.
2. Kebohongan Memicu Perang Dunia
Awal September 1939, Pemimpin NAZI Jerman, Adolf Hitler mengabarkan kepada parlemen Jerman, militer Polandia telah "menembaki tentara Jerman pada pukul 05:45." Ia lalu bersumpah akan membalas dendam.
DERETAN pesawat tempur Sekutu dibawah pimpinan Amerika Serikat melintas di padang pasir dengan sumur-sumur minyaknya, pada Perang Teluk 1990. Perang ini dipicu berita atau kabar bohong (Hoax) dari kesaksian Nariyah, puteri Duta Besar Kuwait dan jadi pemicu AS serang Irak.
Kebohongan tersebut memicu Perang Dunia II terungkap setelah ketahuan tentara Jerman sendiri membunuh pasukan perbatasan Polandia. Karena sejak 1938, Jerman sudah mempersiapkan pendudukan terhadap jirannya itu.
Klik Juga: Jika Terpilih Jadi Presiden, Trump Usir Muslim Dari Amerika Serikat
3. Kampanye Hitam McNamara
Kementerian Pertahanan AS mengabarkan, kapal perang USS Maddox ditembaki kapal Vietnam Utara pada 2 dan 4 Agustus 1964. Insiden di Teluk Tonkin itu mendorong Kongres AS menerbitkan resolusi dan ini menjadi landasan hukum buat Presiden Lyndon B Johnson menyerang Vietnam. Tapi tahun 1995, bekas Menteri Pertahanan AS, Robert McNamara, mengakui insiden tersebut adalah berita palsu.
4. Kesaksian Palsu Nariyah
Seorang remaja putri Kuwait, Nariyah, bersaksi di depan kongres AS pada 19 Oktober 1990 (19.10.1990) tentang kebiadaban prajurit Irak yang membunuh puluhan balita. Kesaksian tersebut ikut menyulut Perang Teluk. Belakangan ketahuan Nariyah adalah putri duta besar Kuwait dan kesaksiannya merupakan bagian dari kampanye perusahaan iklan, Hill & Knowlton atas permintaan pemerintah Kuwait.
5. Operasi Tapal Besi
April 2000, pemerintah Bulgaria meneruskan laporan dinas rahasia Jerman tentang rencana pembersihan etnis ala Holocaust oleh Serbia terhadap etnis Albania dan Kosovo. Buktinya, citra udara dari lokasi kamp konsentrasi. Laporan tersebut menggerakkan NATO untuk melancarkan serangan udara terhadap Serbia. Rencana diberi kode "Operasi Tapal Besi" itu tidak pernah terbukti hingga kini.
6. Bukti Kosong Powell
Pada 5 Februari 2003, Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell, mengklaim memiliki bukti kepemilikan senjata pemusnah massal oleh Irak pada sebuah sidang Dewan Keamanan PBB.
Lihat Juga:
Meski tak mendapat mandat PBB, Presiden AS George W. Bush, akhirnya tetap menginvasi Irak buat meruntuhkan rejim Saddam Hussein. Hingga kini senjata biologi dan kimia yang diklaim dimiliki Irak tidak pernah ditemukan.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline