RIAU ONLINE - Kemenangan penuh emosional pebalap Movistar Yamaha asal Italia, Valentino Rossi, saat menjuarai Grand Prix di Sirkuit Jerez, Spanyol, pekan lalu, tak terlepas dari tangan dingin seniornya sesama negeri Pizza, mantan pebalap Luca Cadalora.
Naik podiumnya Rossi ini baru saja mencetak sejarah, menyusul keberhasilannya meraih podium pertama di Jerez. Pasalnya, ia mendambakan menjadi juara di tanah Spanyol itu sejak 2009 lalu.
Tak aneh dan heran ketika menyentuh garis finis pertama, pebalap Italia tersebut emosional sekali. Rossi menunjuk kunci kemenangannya bisa dituliskan di buku sejarah kariernya tak lepas dari tangan dingin Luca Cadalora.
Baca Juga: Rossi Serahkan Trofi Kemenangan di Spanyol Untuk Lorenzo
Lalu, apa alasannya sehingga Luca Cadalora mau menjadi pelatih Rossi musim MotoGP 2016 ini? Sikap rendah diri dan ingin terus belajar menjadi daya tarik sendiri sehingga Cadalora setuju melatih The Doctor.
Persahabatan dua sahabat lintas generasi ini dimulai tahun lalu. Ketika itu, keduanya saling menunjukkan kebolehannya mengendarai motor di Sirkuit Misano. Juara tiga kali di dua kelas berbeda (125cc dan 250cc) tersebut bercerita setelah unjuk gigi di lintasan, ia dan mantan kekasih Linda Morselli, mulai berbicara tentang motor dan dunia balap.
PEBALAP Movistar Yamaha, Valentino Rossi, bersuka cita saat menjadi juara di Sirkuit Jerez, Spanyol, Minggu, 24 April 2016.
Tak dinyana, Rossi justru malah menawarinya untuk masuk dalam bagian timnya sebagai pelatih. Cadalora jelas terkejut. Ia baru sadar selama ini pemilik nomor 46 itu selalu ingin belajar dan menginginkan perubahan. Apalagi jika itu menyangkut YZR M1 miliknya.
"Saya menerima pinangan Rossi, dengan catatan jika ini bisa bermanfaat bagi kedua belah pihak. Kalau ia menjawab tidak, kemungkinan saya akan memilih tetap berada di rumah dan bekerja di garasi saya. Tapi Valentino selalu membuat kejutan dan sangat sulit memahami karakternya dari luar. Ia pebalap lebih baik dari saya dan kuat di mana saya mempunyai titik lemah," ungkap Cadalora, dilansir dari Cycleworld, Sabtu, 30 April 2016.
"Kuncinya untuk menjadi terbuka dan belajar hal-hal baru dan mencoba solusi baru. Saya tidak memberikan saran, kita berbicara, kita bertukar pikiran. Terpenting bagaimana Anda berbicara dengan pengendara. Ketika saya berpacu, saya tidak mendengarkan semua orang," tuturnya.
Klik Juga: Juara di Spanyol, Rossi Dituding Tiru Taktik Lorenzo
Selain itu, jelasnya, Rossi memiliki sifat murah hati dan selalu memberikan segala sesuatu dengan baik meskipun set-up motor kurang baik.
"Sebaliknya, saya selalu meminta motor yang sempurna. Sekarang, ia sudah berhasil merebut gelar juara dunia sembilan kali dari 113 kemenangan, namun Rossi tetap mempunyai sikap rendah hati dan selalu mempertanyakan dirinya. Sejauh ini saya mengerti alasan mengapa ia masih ingin menang meskipun usianya sudah 37 tahun," ujar Cadalora.
Simak berita MotoGp lainnya dengan klik di sini.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline