RIAU ONLINE - Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi ditolak masuk ke Tepi Barat oleh pihak berwenang Israel. Padahal Retno dijadwalkan berunding dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas serta Menlu Palestina Riad al-Malki di Ramallah.
Dilansir dari VOAIndonesia, Senin (14/3/2016), saat ini otoritas Israel menguasai akses ke Tepi Barat di mana ibukota Palestina, Ramallah berlokasi. Israel tak mengizinkan helikopter Menlu Indonesia terbang dari Yordania ke Tepi Barat.
BACA JUGA : Gara-gara Hina Perempuan, Blogger Ini Divonis 3 Tahun Penjara
Kondisi ini mengharuskan Menlu Palestina datang ke Yordania untuk bertemu Retno. Namun, Juru bicara kementrian LN Indonesia Arrmanatha Nasir tidak merinci lebih jauh mengapa Retno ditolak masuk.
Sebelumnya, Arrmanatha Nasir kepada wartawan di Jakarta mengatakan Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi akan melantik Maha Abu Shusha sebagai konsul kehormatan Indonesia. Penunjukan konsul kehormatan ini merupakan bukti dukungan pemerintah Indonesia terhadap Palestina.
"Tugas-tugas pokok yang nantinya kami harapkan dilakukan oleh Ibu Susha ini antara lain upaya meningkatkan kerjasama ekonomi dan sosial budaya Indonesia dan Palestina dan promosi pariwisata dan investasi serta perlindungan warga negara karena WNI yang ada atau menetap di Palestina ada sekitar delapan orang. Pembukaan konsul kehormatan ini juga merupakan bentuk dukungan Indonesia terhadap Palestina," papar Arrmanatha.
Israel dan Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomatik resmi. Kementrian LN Israel menolak berkomentar dan kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu belum memberi tanggapan. Harian Israel, Haaretz melaporkan bahwa Marsudi ditolak masuk ke Ramallah setelah menilah mengunjungi Yerusalem dan bertemu pejabat Israel di sana.
KLIK JUGA : Perjuangkan Kemerdekaan Palestina, Jokowi: Boikot Produk Israel
Insiden itu menyusul seruan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) awal bulan ini untuk melarang produk-produk dari pemukiman Israel di wilayah-wilayah pendudukan di Palestina.
Seruan itu keluar pada akhir KTT OKI yang diadakan di Jakarta. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia.
Nilai perdagangan Indonesia-Palestina tahun lalu mencapai US$ 3,67 juta, di mana Indonesia mengalami surplus perdagangan US$ 3,34 juta. Sedangkan pada 2014 nilainya US$ 1,02 juta, di mana Indonesia mengalami surplus sebesar US$ 808 ribu.