POLISI melakukan pengejaran terhadap tersangka pasca penembakan di San Bernardino, California yang menewaskan sedikitnya 14 orang, Rabu (2/12/2015)
(REUTERS)
RIAU ONLINE, CALIFORNIA - Tiga orang bersenjata menyerang pusat pelatihan orang disabilitas (cacat) di San Fransisco, California, Amerika Serikat. Penyerangan ketiga orang tersebut menewaskan 14 orang, dan 17 lainnya cedera, Rabu (2/12/2015) waktu setempat.
Beberapa jam kemudian polisi menembak dan menewaskan penembak di sebuah daerah dekat Redlands, California. Ketika itu, petugas menemukan sebuah SUV yang dipakai orang bersenjata itu untuk melarikan diri. Satu petugas cedera dalam baku tembak, tetapi diperkirakan akan pulih. (Baca Juga: Kok Bisa Pesawat Perwira Amerika Masuk Indonesia Tanpa Izin)
Kepala polisi San Bernardino, Jarrod Burguan, dikutip dari voaindonesia.com, mengatakan, kedua tersangka yang tewas adalah seorang laki-laki dan perempuan yang mengenakan pakaian penyerang dan dipersenjatai dengan senapan dan pistol. Tidak ada informasi siapa mereka dan bagaimana hubungan mereka satu sama lain.
Tersangka ketiga ditangkap ketika berusaha melarikan diri dari lokasi baku tembak dekat SUV itu. Burguan mengatakan, tidak jelas apakah dia salah satu buronan bersenjata atau seseorang yang berusaha mencari tempat yang aman.
Burguan menggambarkan penembakan ini sebagai kasus “terorisme domestik". Ia tidak tahu apa motifnya. Katanya, kemungkinan adanya pertikaian di tempat pekerjaan sedang ditelusuri. (Klik Juga: Takut dengan Iran, Israel Minta Dana ke AS)
Kepala polisi ini tidak mengatakan apakah penembak yang tewas atau cedera itu bekerja di pusat pelatihan itu atau adalah klien pusat itu.
Seorang pejabat FBI di lokasi tidak bersedia mengatakan, apakah serangan ini terkait terorisme internasional. Penyelidikan menemukan petunjuk potensial bisa mengarah ke sana, tetapi penguasa akan mengikuti jejak bukti kemana saja.
San Bernardino sekitar satu jam timur dari LA. Sarana ini, the Inland Regional Center, didirikan lebih dari 40 tahun lalu untuk membantu orang-orang cacat.
Komentarnya kepada televisi CBS, Presiden Barack Obama mengatakan, Amerika memiliki pola penembakan masal yang tidak ada tandingannya di negara lain. (Lihat Juga: China Coba Rangkul Korut Demi Hadapi Amerika di Asia)
Katanya, ada langkah-langkah yang bisa diambil untuk membuat warga Amerika lebih aman, dan ditambahkannya, pada setiap tingkatan pemerintahan pejabat harus bekerja sama dalam semangat bipartisan guna mengusahakan insiden penembakan seperti itu lebih jarang terjadi.
Dua kandidat presiden Amerika bereaksi di Twitter. Hillary Clinton mengatakan, dia menolak ini “sebagai sesuatu yang normal. Kita harus mengambil langkah guna menghentikan kekerasan dengan senjata sekarang juga.”
Kandidat Republik Donald Trump mengatakan, penembakan ini “kelihatan buruk sekali.” Dia berharap para petugas di lokasi berhasil menguasai keadaan, dan ini merupakan saat-saat di mana kita merasa polisi demikian “berharganya.”
Penembakan ini terjadi kurang dari seminggu setelah seorang bersenjata menewaskan tiga orang dan melukai 9 lainnya dalam insiden penembakan di klinik Planned Parenthood di Kolorado Springs. (Baca: Badak Ini Lahir di AS, Dikembalikan ke Way Kambas)
Pada Oktober, seorang bersenjata menewaskan sembilan orang di sebuah universitas di Oregon, dan pada Juni, seorang bersenjata kulit putih menewaskan sembilan umat gereja berkulit hitam di South Carolina.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline