Oleh: Cutra Aslinda, M.I.Kom & Nurul Eka Oktalisa, S.I.Kom
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Siswa-siswi yang sukses merupakan hasil dari citra guru yang hebat. Guru hebat adalah mereka yang mampu menjadi teladan bagi siswanya, teladan dalam bertindak dan bersikap. Dalam pembentukan jati diri sebagai pemuda penerus bangsa, efek media sosial dan penggunaan teknologi komunikasi menyebabkan siswa kesulitan untuk menentukan jati diri mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
Tidak sedikit pula siswa yang kehilangan figur sebagai teladan dan role model dalam hidup untuk membentuk karakter siswa. Berdasarkan hal inilah maka diperlukan teladan bagi siswa agar memiliki image diri yang positif dan berguna bagi pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada kalangan siswa-siswi di Indonesia.
Di Era yang serba digital, siswa-siswi Indonesia disibukkan dengan gadget yang digunakan untuk mengakses media sosial. Adapun media sosial yang paling banyak diakses diantaranya adalah Instagram, Facebook, Tiktok, dan aplikasi game online. Aplikasi-aplikasi tersebut mengandung narasi yang dapat menyebabkan kecanduan bagi para penggunanya (Tamimy, 2017).
Kecanduan penggunaan gadget dapat menyebabkan disfungsi sosial pada diri manusia yang menyebabkan manusia tidak mampu berinteraksi dengan baik, kehilangan rasa simpati dan empati, sehingga tidak mampu bertindak dengan tepat di tengah lingkungan masyarakat. Kondisi ini menyebabkan manusia hidup secara individualis atau mementingkan kepentingan sendiri, bahkan tidak mampu untuk memilih sikap yang harus dilakukan dalam dunia nyata. Personal branding juga sangat diperlukan bagi influencer untuk menumbuhkan tingkat kepercayaan audiens.
Branding image memiliki peran penting dalam meningkatkan kesadaran, branding dalam dunia ekonomi untuk menciptakan peningkatan jumlah pembelian. Branding di media sosial merupakan salah satu cara untuk menyebarkan informasi tentang berbagai hal termasuk tentang citra diri. Dengan memanfaatkan media sosial, guru dapat menampilkan image kepada siswa dan menjadi teladan bagi setiap masyarakat yang mengkonsumsi informasi tersebut. Selain memberikan image bagi guru, di sisi lain juga memberikan pengaruh terhadap orang yang melihatnya.
Personal branding memberikan perhatian kepada orang lain tentang kemampuan, keunikan, karakteristik, spesialisasi, citra diri yang menjadi keunggulan dari orang tersebut. Citra diri sebagai pintu masuk terhadap peluang bagi diri dalam menciptakan kepercayaan orang lain yang diimbangi dengan realitas nyata di samping pencitraan yang tidak bermakna (Wandani, 2022).
Berbicara tentang branding image bagi guru sebagai teladan, lantas bagaimana arti penting personal branding dalam menciptakan pribadi guru sebagai teladan bagi siswa? Berikut beberapa solusi yang bisa diterapkan oleh para guru atau pendidik, diantaranya adalah memahami terlebih dahulu makna personal branding atau membangun citra diri, kemudian gunakan metode Brainstorming untuk mengkategorisasikan masalah guna menemukan solusi yang akan diterapkan agar menjadi teladan bagi siswanya.
Selanjutnya, sering mengikuti pelatihan terkait personal branding untuk bekal dalam pengembangan diri serta praktik keterampilan komunikasi persuasif bagi guru atau pendidik guna memberikan kemampuan komunikasi yang efektif di kalangan siswa-siswinya. Secara optimal, bisa menggunakan Konsep personal branding Peter Montoya yaitu spesialisasi, kepemimpinan, kepribadian, perbedaan, penampilan, persatuan, tekad, dan niat baik (Restusari, 2020).
Dengan penerapan solusi diiringi konsep Montoya tersebut agar dapat terciptanya branding image bagi para guru guna menjadi role model atau teladan dalam bertindak dan bersikap serta dalam membangun image yang positif atau citra yang baik bagi masyarakat umumnya dan siswa-siswi khususnya.