Attitude Pendidik Ilmiah Terhadap Teori Bapak Evolusi, Perlukah?

Nadila-Husnah.jpg
(Istimewa)

RIAUONLINE, PEKANBARU - Semua orang pasti mempunyai pengalaman, baik itu pengalaman yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dalam hidupnya. Perlu diketahui bahwa hal tersebut bukanlah hanya sebuah pengalaman dengan perasaan yang berlalu begitu saja, yang terpenting adalah bagaimana hal tersebut dapat dikendalikan dengan sebaik mungkin. Attitude sendiri adalah tindakan yang berperan penting dalam menjalani kehidupan.

Berbicara mengenai sikap seseorang, terutama merujuk kepada sikap seorang guru biologi terhadap teori yang dikembangkan oleh Charles Darwin yang dikenal sebagai bapak evolusi. Berhasil menggemparkan dunia dengan teori yang dikembangkannya mengenai asal-usul manusia. Berbagai pandangan orang-orang terhadap teori yang menimbulkan kontroversi pro dan kontra dari kalangan masyarakat awam.

Saat ini masih banyak ditemukan sejumlah orang yang menganggap teori Charles Darwin itu salah, karena mencetuskan sebuah teori yang menyatakan bahwa “manusia berasal dari kera”, dan yang paling ditakutkan adalah seorang guru biologi mengajarkan materi evolusi, namun kenyataannya masih banyak miskonsepsi siswa terhadap penjelasan yang disampaikannya. Salah satu contohnya ditemukan beberapa siswa SMA di Kalimantan Barat yang mengalami miskonsepsi meyakini bahwa manusia yang ada sekarang adalah hasil evolusi simpanse pada zaman purba sehingga berevolusi menjadi lebih baik seperti manusia saat ini. (Anandita.dkk, 2022:75)

Penting bagi pendidik ilmiah dalam mengatasi dan menghadapi masalah yang ada saat ini, sehingga dapat meluruskan apa yang seharusnya dibenarkan dan disalahkan, terutama bagi siswanya sendiri. Sebenarnya dalam kajian biologi, manusia bukanlah berasal dari kera tetapi setara karena masuk ke dalam kingdom animalia yang sama dengan kera, selain itu juga masuk  dalam kelas mamalia yang berarti hewan menyusu dengan ordo primata. Sehingga sikap seorang pendidik ilmiah disini dapat menekankan kepada peserta didiknya bahwa manusia bukanlah berasal dari kera melainkan manusia tetap kepada kodrat yang Allah ciptakan sebagai manusia, perlu ditekankan lagi bahwa manusia dan kera tidaklah sama karena Allah menciptakan makhluk berakal yang dinamakan manusia namun kera tidaklah berakal yang digolongkan ke dalam makhluk jenis hewan, dan secara ilmiahnya manusia diciptakan dengan 46 kromosom sedangkan kera 48 kromosom. Jadi sangat jelas bahwa manusia dan kera adalah jenis spesies yang berbeda namun memiliki kingdom, kelas dan ordo yang sama.



Attitude ini tidak cukup hanya sebatas penyampaian dalam bentuk ceramah saja karena ditakutkan terjadi kesalahpahaman siswa terhadap apa yang disampaikan, untuk itu pendidik ilmiah sejatinya perlu menerapkan strategi dan metode yang bersifat dapat menanamkan sikap ilmiah dan berpikir kritis siswa seperti pembelajaran inkuiri, PBL, PjBL dan pembelajaran yang bersifat kelompok sehingga jika ditemukan siswa yang masih mengalami miskonsepsi dalam satu kelompok tersebut, bagi siswa yang lain dapat memberi pemahaman kembali oleh siswa yang sudah memahami dari lingkaran kelompok yang sama.

Attitude seorang pendidik ilmiah sangat penting dalam menegaskan sebuah konsep yang menjadi kontroversi di kalangan masyarakat, untuk itu penting bagi seorang guru yang berperan dalam bidang kajian ilmu biologi dalam meluruskan pemahaman tersebut terutama untuk peserta didik dengan menerapkan strategi dan metode pembelajaran yang dapat membantu guru untuk meminimalisir dan menghilangkan adanya miskonsepsi terhadap teori asal usul manusia.

 

Nadila Husnah

Mahasiswa Magister Program Pendidikan Biologi Universitas Riau