Hobi Anak Muda Nonton Konser Bikin Negara RI jadi Cuan, Benarkah?

Ilustrasi-Konser-Musik-Internasional-2018-yang-akan-Digelar-di-Jakarta.jpg
(Istimewa/ Tirto.ID)

RIAU ONLINE - Konser hingga festival musik kian ramai digelar para penyanyi dan band di sejumlah daerah di Indonesia. Hobi anak muda menyaksikan konser musik perlahan-lahan kembali setelah COVID-19 yang sebelumnya membuat sebagian besar musikus gantung gitar.

Kini, ada saja perhelatan konser musik tiap akhir pekan, terutama di kota besar. Gegap gempita festival musik dirasakan masyarakat, terutama anak-anak muda.

Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI, mencatat bahwa pandemi COVID-19 yang diikuti dengan pembatasan sosial pada 2020 mengakibatkan penurunan bisnis live music senilai USD 30 miliar secara global. Di tahun itu pula, bisnis ini hanya mampu menjual 13,4 juta tiket secara global, atau turun nyaris 80 persen akibat pandemi.

COVID-19 pun mereda, konser musik kembali menjamur di tahun ini. Konser musik domestik kembali rutin diadakan setiap tahun seperti PestaPora, We The Fest, Soundrenaline, hingga Synchronize Fest. Belum lagi konser tunggal, misalnya Ed Sheeran pada Maret 2024 dan Bruno Mars September 2024 mendatang, sebagaimana dilansir dari kumparan, Minggu, 18 Agustus 2024.

Wakil Kepala LPEM FEB UI, Mohammad Dian Revindo, mengungkap subsektor seni pertunjukan (live events) secara global diperkirakan akan tumbuh rata-rata 16,8 persen setiap tahun, sedangkan subsektor musik akan tumbuh rata-rata 11,8 persen per tahun hingga 2030.

Ia menyebut angka ini jauh melampaui proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia keseluruhan yang diperkirakan tidak jauh dari kisaran 3 persen dan proyeksi pertumbuhan nasional yang pada kisaran 5 persen.

"Dengan demikian konser musik bisa menjadi salah satu kegiatan yang mendorong perekonomian," kata Revindo.

Satu di antara gambaran dampak ekonomi dari festival musik, kata Revindo, terlihat dari besaran putaran uang atau ekonomi yang terjadi dan efek berganda (multiplier effect) terhadap sektor ekonomi lainnya.



Untuk membuktikan hal tersebut, LPEM FEB UI sempat membuat simulasi dampak ekonomi dari penyelenggaraan konser band asal Inggris, Coldplay. Meskipun tidak selama di Singapura, satu hari konser Coldplay di Indonesia ternyata berefek cukup besar bagi perekonomian Indonesia.
Revindo memaparkan, pengeluaran penonton konser Coldplay untuk tiket, merchandise, akomodasi, transportasi, makanan dan minuman mencapai total Rp 496,5 miliar. Pengeluaran ini kemudian menjadi stimulus perekonomian.

Stimulus tersebut, lanjut dia, menciptakan dampak ekonomi berupa perputaran uang di Indonesia sebesar Rp 843 miliar, sebagiannya menjadi nilai tambah ekonomi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 434,65 miliar, serta pendapatan pekerja sebesar Rp 150,83 miliar.

"Setiap Rupiah yang dibelanjakan untuk konser musik akan menciptakan perputaran ekonomi 1,7 kali lipatnya, dan 51 persen dari perputaran uang tersebut menjadi nilai tambah yang menyumbang ke PDB nasional," ungkap Revindo.

Selain dampaknya bagi perputaran uang, Revindo menyebutkan perhelatan konser musik juga tentunya menambah penerimaan negara, terutama dari pajak hiburan.

LPEM FEB UI mencontohkan, pada pertengahan tahun 2023, pemerintah daerah di Indonesia membukukan penerimaan Rp 640,8 miliar dari pajak hiburan, meningkat 68,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Revindo menuturkan, pajak hiburan diperkirakan menyumbang 1,65 persen dari penerimaan pajak daerah. Khusus di DKI Jakarta diatur melalui Peraturan Daerah (Perda) No 3 Tahun 2015.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Promotor Musik Indonesia (APMI), Dino Hamid, tak menampik bahwa konser musik merupakan kebutuhan tersier sebelum pandemi COVID-19 melanda. Hingga saat ini, sedikit demi sedikit menjadi tidak bisa terpisahkan dari gaya hidup.

"Sekarang sudah jadi bukan tersier lagi tapi sudah jadi part dari gaya hidup. Orang datang ke festival tuh sudah kayak datang ke mal saja zaman dulu. Karena bukan cuma datang, tapi juga sosialnya, sudah jadi social culture sekarang," ucapnya.

Dino meyakini konser atau festival musik akan semakin masif ke depannya. Sebab, iklan atau brand akan semakin banyak mendukung kegiatan promotor, seiring dengan tingginya animo masyarakat.

Dengan demikian, dia juga optimistis dampak ekonomi dari perhelatan musik ini juga bisa terus terdongkrak. Pasalnya, banyak pihak ketiga yang bakal ketiban cuan dari konser musik, misalnya vendor panggung hingga UMKM dan hotel sekitar venue.

Dino pun memastikan, ekosistem industri yang dipupuk dari semakin maraknya perhelatan konser musik ini, bisa semakin besar dampak ekonominya bagi pihak ketiga, bahkan untuk negara.

"Industri kita adalah industri ekosistem, jadi yang dihidupkan ya banyak jilid. Kayak tadi produksi, belum lagi media, media kena impact kan, terus ticketing system, FnB, UMKM, terus hospitality misalkan daerah itu ada hotel," ujar Dino.