Gawat! Kesejahteraan Kelas Menengah Terus Menurun Sejak 2018

Ilustrasi-pertumbuhan-ekonomi.jpg
(Liputan6.com/Andri Wiranua)

RIAU ONLINE - Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) FEB UI mencatat penurunan kesejahteraan kelas menengah di Indonesia sejak 2018. Hal ini dituangkan dalam Laporan  riset LPEM FEB UI Indonesia Economic Outlook 2024 Triwulan III 2024.

Dikutip dari KUMPARAN, Rabu, 7 Agustus 2024, Pada 2023, kelas menengah di Indonesia mencakup sekitar 52 juta jiwa dan mewakili 18,8 persen dari total populasi. 

Kelas menengah memegang peran penting bagi penerimaan negara, menyumbang 50,7 persen dari penerimaan pajak. Sementara calon kelas menengah menyumbang 34,5 persen. Kontribusi ini penting untuk mendanai program pembangunan publik, termasuk investasi infrastruktur dan sumber daya manusia.

“Jika daya beli kelas menengah menurun, hal ini dapat memaksa mereka untuk berpindah ke calon kelas menengah atau rentan, mengurangi peran mereka sebagai kontributor pajak dan meningkatkan ketergantungan mereka pada dukungan fiskal,” demikian isi laporan tersebut.

Saat ini, lebih dari separuh pekerja kelas menengah berada di sektor jasa bernilai tambah rendah.



“Walaupun sebagian kecil porsi pekerja kelas menengah berhasil masuk ke jasa bernilai tambah tinggi, porsi kelas menengah yang bekerja di sektor manufaktur cenderung stagnan,” lanjutnya.

Tren ini cukup mengkhawatirkan untuk calon kelas menengah dan kelas menengah seiring tingginya konsentrasi pekerja di sektor bernilai tambah rendah.

Situasi itu menyiratkan kurangnya penciptaan lapangan kerja untuk kelompok tersebut atau adanya hambatan struktural yang menghalangi calon kelas menengah dan kelas menengah mendapatkan pekerjaan di sektor dengan produktivitas tinggi.

“Jika tidak segera diatasi, calon kelas menengah dan kelas menengah mengalami risiko tinggi mendapatkan penghasilan yang rendah dan buruknya kualitas pekerjaan di masa mendatang,” imbuhnya.