Bulog Bakal Beli Perusahaan Beras Kamboja, Bikin RI Untung?

ILUSTRASI-BERAS2.jpg
(INTERNET)

RIAU ONLINE - Perum Bulog menyatakan siap untuk membeli perusahaan beras Kamboja, sebagaimana arahan dari Presiden Jokowi.

Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengatakan pihaknya telah menjalin komunikasi dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh dan beberapa pelaku usaha besar di Kamboja serta negara sekitarnya.

"Pada dasarnya kami siap melaksanakan penugasan tersebut (akuisisi sumber beras dari Kamboja)," kata Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi dikutip dari kumparan, Minggu, 16 Juni 2024.

Dari sisi pembiayaan, sebut Bayu, Bulog telah melakukan pembicaraan awal dengan perbankan nasional terkait peluang investasi tersebut, sehingga stok cadangan pangan dapat diperkuat.

Bayu menjelaskan, Bulog telah menjalin kerja sama perdagangan beras dengan Kamboja sejak 2023. Kerja sama dilakukan melalui skema bisnis (business to business) atau skema pemerintah (government to government).

Lantas, apa untungnya untuk RI?


Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas), Arief Prasetyo Adi, mengaku tak masalah dengan kesiapan Bulog melaksanakan arahan Presiden Jokowi ini.

Arief menyebut beberapa negara yang membeli perusahaan beras di luar negeri, seperti China dan Malaysia. Meski begitu, ia memastikan produksi dalam negeri tetap menjadi prioritas utama.

"(Akuisisi perusahaan Kamboja) Itu kan alternatif, maka perlu dipelajari. Kalau konsepnya traders sebagai perdagangan dunia kenapa enggak? banyak kok negara lain punya homebase di Singapura, kemudian trading jual beli," kata Arief di Istana Negara, Jakarta, Jumat, 14 Juni 2024.

Menurut Arief, pasokan dipastikan ada jika Bulog membeli perusahaan beras di luar negeri. Tapi, pasokan beras tersebut belum tentu untuk Indonesia saja. Bisa saja pasokan beras tersebut langsung dijual ke negara lain.

"Kalau Indonesia memerlukan maka akan lebih mudah, tapi kalau enggak memerlukan jadinya international trading, proses b to b-nya kan dapet gitu kan. Jadi misalnya trading di luar negeri nanem di mana pun bebas saja, di mana pun bisa saja," terang Arief.

"Kalau kita perlu seperti kemarin kalau ada sendiri kan bisa lebih mudah. Kalau nasional belum memerlukan dijual di international trading saja enggak rugi juga. Makanya harus dipelajari dulu," tambahnya.

Jika pembelian perusahaan beras Kamboja direalisasikan, Arief memastikan proses mendatangkan beras dari negara tersebut ke Indonesia berbeda dengan impor.

"Impor kan dari luar ke dalam, definisinya sederhana itu. Masalahnya ini kan mau international trading, mau produksi luar negeri, atau produksi paralel di dalam negeri digenjot juga," tutur Arief.